Page 214 - Gabungan
P. 214
"Hukum sekarang terlalu lunak terhadap sampah masyarakat.
Bukankah sering ada berita tentang pembunuh dan perampok yang
setelah beberapa tahun atau belasan tahun di penjara, bebas tidak
sampai beberapa bulan sudah berbuat kejahatan lagi? Orang-orang
seperti itu selalu berpikir: jika berhasil, mereka bisa hidup enak; jika
gagal, ya kembali ke penjara, lagipula di sana dapat makan gratis!"
kata Hana Budiman semakin bersemangat.
"Utang harus dibayar, pembunuhan harus diganjar nyawa—itu
sudah hukum alam. Tapi beberapa negara Barat malah
menghapuskan hukuman mati. Seolah hanya para bangsawan
mereka yang benar-benar welas asih. Aku yang berlatar belakang
teknik mungkin gagal dalam teori sosial. Tapi aku tak paham:
timbangan para ahli hukum itu terbuat dari apa!" Su Wenbin juga
terlihat emosional. Setelah berhenti sejenak, dia berkata:
"Ada satu hal yang masih belum kupahami, mengapa seseorang
rela menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk mencalonkan
diri sebagai kepala desa?"
"Kau masih belum mengerti prinsip 'jabatan berarti kekuasaan,
kekuasaan berarti uang'? Jabatan kepala desa mungkin rendah, tapi
kekuasaannya besar! Misalnya, kalau kau butuh surat keterangan,
harus kasih uang rokok. Mau pindah rumah butuh surat pindah, kasih
uang rokok lagi. Yang paling utama, sekarang banyak orang kaya
214

