Page 45 - Gabungan
P. 45
rasa di lidah; setelah bangun tidur, nuansa buku tetap terasa di dada."
Menurut sang tuan rumah, ini adalah puisi penyair patriotik Lu You
dari Dinasti Song Selatan—sungguh sangat elegan.
Melihat orang-orang yang sudah kaya lalu menjadi terpelajar dan
berkelas, Bai Zhongwu pun merasa iri. Sayangnya, di masa mudanya
ia tidak terlalu menekuni pendidikan dan terlalu cepat terjun ke dunia
bisnis, sehingga dasar pengetahuannya sangat lemah. Di Nanyang
(Asia Tenggara) ini, selama belasan hingga dua puluh tahun tidak ada
sekolah Tionghoa, sehingga orang yang memahami puisi dan sastra
sangat langka. Bahkan jika Bai Zhongwu ingin mencari guru untuk
belajar, tidak ada jalannya. Orang lain bangun tidur dengan "nuansa
buku" di dada, sedangkan orang seperti dirinya bangun tidur hanya
dengan "nuansa uang" di dada. Memikirkan hal ini, Bai Zhongwu
sendiri pun tertawa.
Seorang pelayan wanita membawakan secangkir kopi.
Bai Zhongwu menyeruput kopi hitam yang harum dan hangat,
membuat semangatnya kembali menyala. Kopi ini adalah produk dari
pabrik kopi "Naga Terbang" milik ayahnya, Bai Datou. Rasanya kaya
dan tidak pahit. Dalam pemilihan bahan baku, ayahnya selalu memilih
biji kopi kualitas terbaik, tidak seperti pedagang serakah yang
mencampurkan tepung jagung panggang atau bahan pengganti
lainnya ke dalam bubuk kopi. Karena itu, harga kopi bermerek "Naga
45

