Page 40 - Gabungan
P. 40

saja muncul dalam mimpinya, kini berdiri di hadapannya. Ekspresinya


            pemalu, tapi sikapnya tulus. Jika dibandingkan dengan Rudy, selain


            nada suara yang sedikit berbeda, hampir tak ada bedanya. Bahkan


            orang tua angkat Rudy pun mungkin tak bisa membedakan mereka.


                Yenni menatap Su Wenbin.


                Su Wenbin menatap Yenni.


                Sri Rahayu memperhatikan mereka berdua.


                Semuanya diam. Tak ada yang tahu apa yang pantas diucapkan di


            saat seperti ini. "Keheningan lebih bermakna dari kata-kata"—apakah


            ini maksudnya?


                Setelah beberapa saat, akhirnya Yenni yang memecah kesunyian:


                "Sudah lama menunggu di sini?"


                "Tidak juga. Maaf, seharusnya aku tidak membangunkanmu."

                "Tidak-tidak,  aku  sama  sekali  tidak  tidur," kata  Yenni  dengan


            gembira, tanpa sadar melontarkan kalimat:


                "Aku sedang menunggumu datang..."


                "Oh, benarkah?"


                Pertanyaan Su Wenbin itu membuat Yenni tersadar telah berbicara


            tanpa  berpikir.  Pipinya  terasa  memanas.  Untungnya,  Bai  Wenying


            dan Hana Budiman masuk ke dalam kamar, suasana pun langsung


            menjadi hidup dan ceria.


                "Selamat pagi, Pak Su!" Bai Wenying menjabat tangan Su Wenbin.

                                                            40
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45