Page 35 - Gabungan
P. 35

Rudy  melupakan  kelelahan.  Ia  melepaskan  selendang  yang


            mengikat Suciharti ke pohon. "Ibu, jangan panik!"


                Kaki  Suciharti  terangkat  oleh  arus.  Ia  menatap  Rudy,  yang


            mendukungnya  berenang  beberapa  langkah.  Tiba-tiba,  sebuah


            batang  pohon mati yang  berakar menjalar hanyut menghantam ke


            arah mereka. Dari seberang, Yenni berteriak keras:


                "Rudy, hati-hati!"


                Saat  batang  pohon  itu  hampir  menghantam  Suciharti,  Rudy


            mendorongnya kuat-kuat ke depan. Tali nilon dari seberang langsung


            menarik  Suciharti  menjauh.  Sementara  itu,  batang  pohon  itu


            menghantam  Rudy.  Dengan  cepat,  Rudy  menyelam  ke  dalam  air,


            membiarkan batang itu melintas di atas kepalanya.


                Satu  detik,  dua  detik,  tiga  detik,  empat  detik,  lima  detik... Rudy

            Budiman tetap tidak muncul ke permukaan. Yenni menjerit pilu:


                "Rudy! Rudy! Rudi!!—"


                Orang-orang di tebing ikut memanggil namanya. Yang menjawab


            teriakan mereka hanyalah pusaran air merah bermuatan darah yang


            muncul sekitar sepuluh meter di hilir.


                Yenni berlari seperti orang gila ke arah hilir, tapi beberapa pemuda


            menahannya  dengan  susah  payah.  Ia  berteriak,  meronta,  hingga


            akhirnya  kakinya  lemas,  tangannya  dingin,  wajahnya  pucat,  dan


            tubuhnya lunglai di pelukan seorang wanita.

                                                            35
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40