Page 31 - Gabungan
P. 31

mengapa ia tidak mati? Padahal, ia tidak takut mati. Mungkin dengan


            begitu, ia bisa hidup selamanya bersama Rudi Putiman...


                Yenni melihat dua tempat tidur lipat di sudut ruangan, di atasnya


            tidur  dua  wanita.  Ia  memandang  lebih  dekat—bukankah  itu  Bai


            Wenying dan Hana Budiman? Mengapa mereka juga tidur di sini?


                "Kakak Wenying! Kakak Hana!" Yenni memanggil pelan. Mungkin


            karena usaha itu, kepalanya terasa semakin berat.


                Kepala perawat, Sri Rahayu, buru-buru membuka pintu dan masuk,


            lalu berkata dengan suara lembut...


                "Kamu sudah sadar, Nona Yenni?"


                "Aku..."


                "Kamu terluka. Sejak dua hari lalu hingga sekarang, kamu terus


            dalam keadaan setengah sadar," kata Sri Rahayu sambil melepaskan

            perban yang mengikat tangan dan kaki Yenni ke tiang tempat tidur. Ia


            melirik Bai Wenying dan Hana Budiman yang masih terlelap. "Mereka


            berdua  menjaga  di  sampingmu  selama  dua  hari  dua  malam.  Baru


            tidur kurang dari satu jam."


                Sri  Rahayu  meletakkan  sebotol  bunga  segar  di  meja  kecil  di


            sebelah tempat tidur Yenni. Sambil merapikan ruangan, ia berkata:


                "Sebenarnya,  kamar  ini  khusus  untuk  perwira  tinggi.  Semua


            peralatan darurat di sini sama seperti di ruang gawat  darurat. Ada


            telepon, TV, radio, dan pemutar rekaman televisi. Awalnya, kamar ini

                                                            31
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36