Page 36 - Gabungan
P. 36

Suciharti berhasil ditarik ke darat, perutnya penuh air.


                Orang-orang menangisi tamu dari kota itu seolah ia adalah anak,


            suami, atau saudara mereka sendiri. Baru ketika sore hari, saat air


            surut, mayat Rudy Budiman ditemukan tersangkut di cabang pohon


            besar sekitar lima kilometer di hilir.


                Nenek  Suciharti  memeluk  mayat  Rudy,  menempelkan  kepala


            dinginnya  ke  dadanya,  seolah  berharap  kehangatannya  bisa


            membangunkannya.  Ia  duduk  diam  tanpa  suara  tangis,  tapi  air


            matanya mengalir deras seperti untaian manik yang putus.


                "Rudy!  Rudy!  Rudi!!—" Yenni  terus  mengguncang  tubuh  Rudy,


            berteriak  hingga  suaranya  parau,  seolah  ia  bisa  memanggilnya


            kembali.


                Suciharti  dan  para  petani  meminta  agar  jenazah  Rudy

            dimakamkan  di  pemakaman  desa  sebagai  bentuk  penghormatan.


            Yenni  serta  orang  tua  angkat  Rudy,  pasangan  Untung  Budiman,


            menyetujui permintaan itu.


                ……………..


                "Rudy!  Rudy!  Rudy!!—" Dalam  keadaan  setengah  sadar,  Yenni


            memanggil nama Rudy dengan wajah basah oleh air mata.


                Bai Wenying dan Hana Budiman langsung terbangun, melompat


            dari tempat tidur lipat mereka, dan mendekati Yenni dengan suara


            lembut:

                                                            36
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41