Page 33 - Gabungan
P. 33

dan Yenni. Suara Rudy Budiman terdengar panik:


                "Yenni, cepat buka pintu! Air bah sudah sampai sini!"


            Yenni melompat dari tempat tidur dan membuka pintu. Tanah di depan


            rumah sudah tergenang air setinggi lebih dari satu kaki.


                Suciharti  bergumam  takjub, "Aku  sudah  hidup  lebih  dari  enam


            puluh tahun, baru kali ini melihat banjir sebesar ini."


                Fajar mulai menyingsing. Desa kecil dengan dua puluh rumah itu


            sudah  dikepung  air,  situasi  kacau  balau.  Ketinggian  air  terus  naik,


            sudah  setinggi  lutut.  Yang  lebih  mengerikan,  jembatan  kayu  tua


            sepanjang sepuluh meter di depan desa sudah hanyut diterjang banjir.


                "Bagaimana  ini?" Yenni  melihat  banyak  orang  yang  sudah


            mengungsi ke dataran tinggi di seberang sungai sebelum jembatan


            kayu putus. Ia berkata pada Rudy Budiman:

                "Kita  harus  cari  cara  menyelamatkan  orang-orang  ke  dataran


            tinggi di seberang! Kalau air terus naik, seluruh desa akan tersapu


            banjir!"


                Rudy Budiman memegang tangan Suciharti. "Ibu, biar aku bawa


            Ibu berenang ke seberang!"


                "Tunggu!" Suciharti dengan tenang mengambil gulungan tali nilon


            dari belakang pintu dan memberikannya kepada Rudy. "Bawa dulu


            nona ini berenang ke seberang, ikat ujung talinya di pohon sana, lalu


            kembalilah!"

                                                            33
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38