Page 78 - Gabungan
P. 78

Dua  hari  kemudian,  Jepang  menyerah,  dan  pencarian  dihentikan.


            Menurutku,  kemungkinan  besar  ia  dibunuh.  Benar  kan,  Pak


            Budiman?"


                "Ya... ya..." Untung Budiman menghindari tatapan Sachiko, gagap.


                "Tuan Bai benar... kemungkinan besar ia dibunuh..."


                "Ayah...!" Air mata Sachiko mengalir deras. Ia menutupi wajahnya


            dan  menangis.  Mendengar  kematian  ayahnya  tidak  sepenuhnya


            mengejutkannya, tapi fakta bahwa jenazahnya tak diketahui lokasinya


            membuatnya sedih tak terkira.


                "Nyonya  Sachiko,  jangan  terlalu  sedih,"  kata  Bai  Zhongwu


            menghibur.


                Tanaka  Sachiko  berhenti  menangis.  Ia  sadar,  sebagai  tentara


            penjajah,  ayahnya  setiap  saat  bisa  dibunuh  oleh  orang  yang  ingin

            balas  dendam.  Kebijakan  ekspansionis  militer  Jepang  telah


            menjadikan  bangsanya  musuh  banyak  negara Asia.  Banyak  orang


            menjadi  korban  tak  bersalah  di  tangan  ayahnya—dan  dalam  arti


            tertentu, ayahnya sendiri juga adalah korban!


                Hujan  telah  reda.  Sachiko  berpamitan,  dan  Bai  Zhongwu


            mengantarnya  pulang.  Zhongwu  mendorong  sepedanya,  berjalan


            berdampingan dengan Sachiko. Dua pemuda yang baru saja bertemu


            ini seolah punya begitu banyak hal untuk dibicarakan, begitu banyak


            perasaan yang ingin diungkapkan! Tujuh kilometer jalan terasa terlalu

                                                            78
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83