Page 84 - Gabungan
P. 84

bunga itu membuatnya teringat pada Yenni.


                Dokter  Emil  menganggap  Yenni  seperti  anaknya  sendiri.  Ya,


            putrinya sendiri bahkan lebih tua setahun dari Yenni. Yenni, Yenni...


            anak  malang.  Seorang  gadis  yang  kehilangan  cinta  ibarat  bunga


            tanpa embun. Dan bunga yang rapuh ini masih harus menghadapi


            terpaan badai!*


                Pada hari Yenni akan pulang, Bai Wenying dan Hana Budiman tiba


            di rumah sakit sebelum pukul tujuh pagi. Hana mengurus administrasi,


            sementara  Wenying  menemani  Yenni  membereskan  barang-


            barangnya. Tiba-tiba, Kepala Perawat Sri Rahayu masuk dan berkata:


                "Nyonya Bai Wenying, Dokter Emil memanggilmu."


                Yenni  memandangnya  dengan  heran.  Sri  tersenyum  dan


            meyakinkannya:

                "Tidak ada masalah, istirahatlah dulu."


                Begitu  masuk  ke  ruangan  Dokter  Emil,  Wenying  langsung


            merasakan  keseriusan  dari  raut  wajahnya  saat  mereka  berjabat


            tangan. Ia buru-buru bertanya:


                "Dokter Emil, ada apa dengan Yenni?..."


                "Silakan duduk." Dokter Emil mengeluarkan tiga lembar laporan


            tes darah dari laci dan berkata dengan suara berat:


                "Ini adalah tiga hasil tes darah Yenni. Mungkin aku dokter paling


            keras  kepala  di  dunia.  Aku  selalu  berharap  tes  terakhir  akan

                                                            84
   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89