Page 85 - Gabungan
P. 85
membatalkan kesimpulan sebelumnya, tapi kenyataannya, ketiganya
sama... Yenni adalah seorang yatim piatu. Kita semua adalah
kakaknya. Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya padamu,
Nyonya Bai Wenying... Yenni menderita... kanker darah. Mungkin ia
hanya punya waktu satu tahun lagi."
"Apa? Leukemia?" Wenying terdiam. Perlahan, ia berdiri, meraih
ketiga laporan itu, meremasnya, lalu melemparkannya ke lantai
dengan geram—seolah tindakan itu bisa membatalkan keputusan
dan menyelamatkan Yanny.
Dokter Emil dan Sri hanya bisa memandang Wenying yang
kehilangan kendali diri, tak tahu harus berkata apa.
"Tidak mungkin! Tidak mungkin!" Wenying berjalan mendekati
dinding, meninju-ninju keras sambil berteriak:
"Tuhan! Ini tidak adil! Tidak adil!"
"Nona Wenying! Tenanglah!" Dokter Emil memanggilnya.
Wenying berbalik, matanya basah oleh air mata. "Yanny tidak
punya keluarga. Aku tidak punya adik, tidak punya anak. Selama ini,
aku menganggapnya seperti adikku sendiri, anakku sendiri!"
Dokter Emil berbicara pelan: "Kita semua adalah keluarga Yanny.
Mari kita diskusikan langkah selanjutnya."
Wenying perlahan sadar. Tubuhnya lemas, seolah baru
mengangkat beban berat. Ia duduk, memandang Dokter Emil dengan
85

