Page 194 - 37 Masalah Populer
P. 194
Tidak seorang pun menyatakan bahwa penamaan ini penamaan syar’i, Karena seni potografi
belum dikenal pada masa turunnya syariat Islam, tidak tergambar bagaimana digunakan kata
mushawwir untuk orang yang mengambil gambar, karena potografi masih belum ada wujudnya.
Lantas siapa yang menyebut potografer itu mushawwir [روصم]? Dan siapa yang pula yang
menyebut perbuatannya mengambil poto itu disebut tashwir [ريوصتلا ]?
Itu adalah ‘urf (tradisi) moderen. Kita, atau kakek kita yang pada masa mereka poto ini muncul,
lalu mereka menggunakan istilah tashwir untuk poto.
Padahal bisa saja jika mereka menyebutnya dengan nama lain, bisa saja disebut سكع(‘aks), dan
orang yang melakukannya disebut ساكع ‘ukkas, sebagaimana yang dipakai orang-orang Qathar
dan Teluk Arab. Jika salah seorang mereka pergi ke tukang poto, ia akan mengatakan, “ [ نأ ديرا
؟سوكعلا كنم ذخآ ىتم ينسكعت ] “Saya ingin Anda mengambil poto saya, kapan saya bisa mengambil
hasil poto saya?”. Bahasa yang mereka gunakan ini lebih mendekati kebenaran. Karena poto itu
tidak lebih dari pantulan gambar dengan alat tertentu, sebagaimana pantulan gambar pada
cermin. Itu yang disebutkan al-‘Allamah Syekh Muhammad Bakhyat al-Muthi’i Mufti Mesir
pada zamannya dalam kitabnya berjudul al-Kafi fi Ibahat at-Tashwir al-Futughrafi.
Poto di zaman kita sekarang ini disebut tashwir. Sedangkan tashwir al-mujassam (gambar
berbentuk/tiga dimensi) disebut naht. Ini yang disebut ulama Salaf dengan istilah: لظ هل ام
(yang memiliki bayang-bayang). Jenis inilah yang mereka sepakati haramnya, kecuali permainan
anak-anak.
Apakah penamaan naht ini mengeluarkannya dari apa yang disebutkan dalam nash-nash dengan
ancaman untuk tashwir dan mushawwirin?
Jawabannya, tentu tidak. Karena gambar berbentuk seperti inilah yang sesuai disebut dengan
tashwir secara bahasa dan istilah syar’i. karena gambar berbentuklah yang menandingi
penciptaan seperti penciptaan yang dilakukan Allah Swt. Karena penciptaan yang dilakukan
Allah Swt adalah pembentukan makhluk yang berbentuk, sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits Qudsi,
َ ْ َ
َ
ْ
يِقلَخَك ُقُل ْ خَي َ بَهذ ْ نَّمِم ملظأ ْ نَم َ و
ُ
“Siapa yang lebih zhalim daripada orang yang menciptakan (sesuatu) seperti penciptaan yang
Aku lakukan?!”. (HR. al-Bukhari) 264 .
264 Syekh DR.Yusuf al-Qaradhawi, Kaifa Nata’amal Ma’a as-Sunnah, (Dar asy-Syuruf, 1423H), hal.198-
199.
194