Page 198 - 37 Masalah Populer
P. 198

Syekh ‘Athiyyah Shaqar mantan ketua Komisi Fatwa Al-Azhar Mesir:

                تداك ىتلا ىرخلأا   تلااعتحلاا ةرمغ ىف ، هداجمأو هنيد هيف ىسني بابشلا داك ىذلا رصعلا اذه ىف كلذب سأب لا هنأ ىيأرو
                دهعم وأ دجسم ءانبك ،دلوملا ىركذ دلخت راثآ لمعو ، ةريسلا ىف هقعتلاب كلذ نوكي نأ ىلع ، ةينيدلا تابسانملا ىلع ىغطت
                                                                    . هتريسو    اللّ لوسرب هدهاشي نم طبري ىريخ لمع ىأ وأ
               Menurut pendapat saya, boleh memperingati maulid nabi pada saat ini ketika para pemuda nyaris
               melupakan agama dan keagungannya, pada saat ramainya perayaan-perayaan lain yang hampir
               mengalahkan  hari-hari  besar  agama  Islam.  Peringatan  maulid  tersebut  diperingati  dengan
               memperdalam sirah (sejarah nabi), membuat peninggalan-peninggalan yang dapat mengabadikan
               peringatan maulid seperti membangun  masjid atau lembaga pendidikan atau amal baik lainnya
               yang  dapat  mengaitkan  antara  orang  yang  melihatnya  dengan  Rasulullah  Saw  dan  sejarah
                        271
               hidupnya .



               Pendapat Syekh Yusuf al-Qaradhawi.

               Syekh  Yusuf  al-Qaradhawi  ketua  al-Ittihâd  al-‘Âlami  li  ‘Ulamâ’  al-Muslimîn  ditanya  tentang
               hukum memperingati maulid nabi. Beliau memberikan jawaban:

               “Bismillah, Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah ke hadirat Rasulullah
               Saw, amma ba’du:

               Ada  bentuk  perayaan  yang  dapat  kita  anggap  dan  kita  akui  memberikan  manfaat  bagi  kaum
               muslimin.  Kita  mengetahui  bahwa  para  shahabat  –semoga  Allah  Swt  meridhai  mereka-  tidak
               pernah merayakan maulid nabi, peristiwa hijrah dan perang Badar, mengapa?


                       Karena  semua  peristiwa  ini  mereka  alami  secara  langsung.  Mereka  hidup  bersama
               Rasulullah  Saw. Nabi Muhammad  Saw hidup di hati  mereka, tidak pernah hilang dari fikiran
               mereka.  Sa’ad  bin  Abi  Waqqash  berkata,  “Kami  bercerita  kepada  anak-anak  kami  tentang
               peperangan  Rasulullah  Saw  sebagaimana  kami  menghafalkan  satu  surah  al-Qur’an  kepada
               mereka”. Mereka menceritakan kepada anak-anak mereka tentang apa yang terjadi pada perang
               Badar,  Uhud,  Khandaq  dan  Khaibar.  Mereka  menceritakan  kepada  anak-anak  mereka  tentang
               berbagai  peristiwa  dalam  kehidupan  Rasulullah  Saw.  Oleh  sebab  itu  mereka  tidak  perlu
               diingatkan tentang berbagai peristiwa tersebut.


                       Kemudian  tiba  suatu  masa,  kaum  muslimin  melupakan  berbagai  peristiwa  tersebut,
               semua peristiwa itu tidak lagi ada di benak mereka. Tidak ada dalam akal dan hati mereka. Oleh
               sebab  itu  kaum  muslimin  perlu  menghidupkan  kembali  makna-makna  yang  telah  mati,
               mengingatkan kembali berbagai peristiwa yang terlupakan. Memang benar bahwa ada beberapa
               bentuk  bid’ah  terjadi,  akan  tetapi  saya  nyatakan  bahwa  kita  merayakan  maulid  nabi  untuk
               mengingatkan  kaum  muslimin  tentang  kebenaran  hakikat  sejarah  Rasulullah  Saw,  kebenaran


                          Fatâwa al-Azhar, (Cairo: Wizârat al-Auqâf al-Mishriyyah), juz. VIII, hal. 255.
                       271
                                                             198
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203