Page 199 - 37 Masalah Populer
P. 199
risalah Muhammad Saw. Ketika saya merayakan maulid nabi, maka saya sedang merayakan
lahirnya risalah Islam. Saya mengingatkan manusia tentang risalah dan sirah Rasulullah Saw.
Pada kesempatan ini saya mengingatkan umat manusia tentang sebuah peristiwa agung
dan banyak pelajaran yang bisa diambil, agar saya dapat mengeratkan kembali antara manusia
dengan sejarah nabi. Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Qs. Al-Ahzab [33]: 21). Agar kita bisa berkorban
sebagaimana para shahabat berkorban. Sebagaimana Ali mengorbankan dirinya dengan
menempatkan dirinya di tempat tidur nabi. Sebagaimana Asma’ berkorban dengan naik ke atas
bukit Tsur setiap hari, sebuah bukit terjal. Agar kita dapat membuat strategi sebagaimana
Rasulullah Saw membuat strategi hijrah. Agar kita mampu bertawakkal kepada Allah Swt
sebagaimana Rasulullah Saw bertawakkal ketika Abu Bakar berkata kepadanya, “Wahai
Rasulullah, jika salah seorang dari mereka melihat ke bawah kedua kakinya, pastilah ia melihat
kita”. Rasulullah Saw menjawab, “Wahai Abu Bakar, tidaklah menurut prasangkamu tentang dua
orang, maka Allah adalah yang ketiga. Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”.
Kita membutuhkan pelajaran-pelajaran ini. Peringatan maulid nabi merupakan sarana
untuk mengingatkan kembali umat manusia akan makna-makna yang mulia ini. Saya yakin
bahwa hasil positif di balik peringatan maulid adalah mengikat kembali kaum muslimin dengan
Islam dan mengeratkan mereka kembali dengan sejarah nabi Muhammad Saw agar mereka bisa
menjadikan Rasulullah Saw sebagai suri tauladan. Adapun hal-hal yang keluar dari semua ini,
maka semua itu bukanlah perayaan maulid nabi dan kami tidak membenarkan seorang pun untuk
melakukannya .
272
Peringatan maulid nabi tidak lebih dari sekedar ekspresi kegembiraan seorang hamba atas
nikmat dan karunia besar yaitu kelahiran Muhammad Saw. Dari beberapa pendapat ulama diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dipermasalahkan itu bukanlah peringatannya, akan tetapi
cara memperingatinya. Ketika dengan peringatan maulid kesadaran umat semakin bertambah,
membangkitkan semangat menjalankan agama, menyadarkan generasi muda akan nabi dan
keagungan agamanya, maka maulid menjadi sesuatu yang baik. Akan tetapi perlu inovasi dalam
peringatan maulid nabi, tidak hanya sekedar seremonial tanpa makna yang membuat umat
terjebak pada rutinitas. Perlu menjadikan momen maulid nabi sebagai wasilah, sebagaimana
yang dinyatakan Syekh al-Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki:
نأ ءاملعلاو ةاعدلا ىلع بجي لب ،توعت لا نأ يغبني ةيبهذ ةصرف يهو الله ى لإ ةوعدلل ىربك ةليسو يه تاعامتجلاا هذه نإو
ىلإ مهدشريو مهوحصني نأو ،هتادابعو هتلماعمو هتريسو هلاوحأو هبادآو هقلاخأب ملسو هيلع الله ىلص يبنلاب ةملأا اوركذي
نتعلاو رشلاو عدبلاو ءلابلا نم مهورذحيو حلاعلاو ريخلا
Perkumpulan-perkumpulan (maulid) ini adalah wasilah/sarana terbesar untuk berdakwah kepada
Allah dan merupakan kesempatan emas yang semestinya tidak terlewatkan. Bahkan para da’i dan
272 www.qaradawi.net, 19 Maret 2008M.
199