Page 195 - 37 Masalah Populer
P. 195

MASALAH KE-33: PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW DAN HARI-
                                                  HARI BESAR ISLAM.


               Dalam  Fatâwa  al-Azhar  dinyatakan  oleh  Syekh  ‘Athiyyah  Shaqar  bahwa  menurut  Imam  al-
               Suyuthi,  al-Hafizh  Ibnu  Hajar  al-‘Asqalani  dan  Ibnu  Hajar  al-Haitsami  memperingati  maulid
               nabi itu baik,  meskipun demikian mereka mengingkari perkara-perkara bid’ah yang menyertai
               peringatan maulid. Pendapat mereka ini berdasarkan kepada firman Allah Swt:


                                                      الله مايأب مهرِ كذو


               “Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. (Qs. Ibrahim [14]: 5).

               Imam an-Nasa’i, Abdullah bin Ahmad dalam  Zawâ’id al-Musnad, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-
               Îmân  dari  Ubai  bin  Ka’ab  meriwayatkan  dari  Rasulullah  Saw  bahwa  Rasulullah  Saw
               menafsirkan  kalimat  Ayyâmillah  sebagai  nikmat-nikmat  dan  karunia  Allah  Swt.  Dengan
               demikian  maka  makna  ayat  ini:  “Dan  ingatkanlah  mereka  kepada  nikmat-nikmat  dan  karunia
               Allah”.  Dan  kelahiran  nabi  Muhammad  Saw  adalah  nikmat  dan  karunia  terbesar  yang  mesti
               diingat dan disyukuri.

                       Rasulullah  Saw  memperingati hari kelahirannya dengan  melaksanakan  puasa pada hari
               itu. Ini terlihat dari  jawaban beliau ketika beliau ditanya mengapa beliau  melaksanakan puasa
               pada hari Senin.

                                )هيف يلع لزنأ وأ ( تثعب مويو هيف تدلو موي كاذ لاق ؟ نينثلاا موص نع لئسو

               Rasulullah  Saw  ditanya  tentang  puasa  hari  senin.  Beliau  menjawab,  “Pada  hari  itu  aku
               dilahirkan dan hari aku dibangkitkan (atau hari itu diturunkan [al-Qur’an] kepadaku)”. (HR.
               Muslim).




               Kisah Pembebasan Tsuwaibah.

               Para  ulama  menyebutkan  dalam  kitab-kitab  hadits  dan  Sirah  tentang  pembebasan  Tsuwaibah.
               Tsuwaibah  adalah  hamba  sahaya  milik  Abu  Lahab.  Ketika  Rasulullah  Saw  lahir,  maka
               Tsuwaibah  kembali  ke  rumah  tuannya  menyampaikan  berita  kelahiran  nabi.  Karena  senang
               menyambut  kelahiran  nabi,  maka  Abu  Lahab  membebaskan  Tsuwaibah  dari  status  hamba
               sahaya. Al-‘Abbas bin Abdul Muththalib bermimpi bertemu dengan Abu Lahab, ia menanyakan
               keadaan Abu Lahab. Abu Lahab menjawab, “Saya tidak mendapatkan kebaikan setelah kamu,
               hanya  saja  saya  diberi  minum  di  sini,  karena  saya  membebaskan  Tsuwaibah  dan  azab  saya
               diringankan setiap hari Senin”.





                                                             195
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200