Page 34 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 34

panas.  Arai  membuka  kancing  atas  bajunya,  menengadahkan
              wajahnya,  dan  ketika  angin  fan  membasuh  wajahnya  yang
              bersimbah  peluh ia terpejam  syahdu, sebuah gaya yang sangat
              mengesankan.
                  Lalu  ia  menghampiri  istri  A  Siong.  Nyonya  ini  sedang
              mengepang  rambut  putrinya,  Mei  Mei.  Siapa pun yang  melihat
              gadis  kecil  ini  akan  segera  teringat  pada  tofu.  Mereka  berdua
              gendut-gendut tapi cantik.
                  “Prranggggg!!! “
                  “Arai  menumpahkan  isi  karung  gandum  tadi  di  atas  meja
              kaca.  Nyonya  Tionghoa  yang  punya  nama  sangat  bagus  itu:
              Deborah Wong melompat terkejut melihat uang logam membukit
              seperti tumpeng.
                  “Ayya ... ya ... ya ... Lui...!! “
                  “Ibu mertua Nyonya Deborah yang berumur hampir seratus
              tahun  dan  sedarig  duduk  juga  terkejut.  Nenek  ini  tak  pernah
              tersenyum.  Bajunya,  kulitnya,  rambutnya, alisnya, gusinya yang
              sudah  tak  ditenggeri  sebiji  pun  gigi,  dan  kucingnya,  semuanya
              berwarna  kelabu.  Murung.  Itulah  kesan  keseluruhan  dirinya.
              Agaknya,  ia  melalui  hari  demi  hari  dipenuhi  perasaan  muak.
              Wajahnya  selalu  kesal  mengapa  malaikat  maut  tak  kunjung
              menjemputnya.  Ia  tak  tertarik  lagi  dengan  kehidupan.
              Mendengar  gemerincing  koin  yang  ribut,  ia  merasa  terganggu,
              mukanya menyeringai marah.
                  “Nyah ..., “
                  “seru  Arai pada  Nyonya  Deborah.  Santun  dan berwibawa,
              seolah ia akan memborong seluruh isi toko dengan koin-koin itu.
                  “Terigu 10 kilo, gandum 10 kilo, gula .... “
                  “Aku terkejut tak kepalang.

                  “Rai! Apa-apaan ini?! “
                  “Untuk apa segala terigu .... “
                  “Tangkas, Arai menekan jarinya di atas mulutku.
                  “Sstttt!!Diam,Kal. “
                  “Nyah, jangan lupa minyak .... “
                  “Kutepis tangannya dengan marah, Arai tersentak.

                                          32
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39