Page 38 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 38

Wutthh ... wutthh ...
                  wutthhhh  suara  fan  besar  menggulung  setiap  gumpalan
              kapuk seperti jutaan kunang-kunang yang serentak beranjak.
                  Arai melepaskan kunciannya dari tubuhku. Ia menengadah.
                  “Subhanallah .... “
                  “Subhanallah Ikal, lihatlah itu .... “
                  “Kepalaku  berputar-putar  mengikuti  kisaran  angin  tornado
              awan-awan  kapuk  yang terkumpul  ke  atas  dan terapung-apung
              memenuhi  plafon  sehingga toko  kelontong itu seperti berada  di
              atas  awan,  seperti  hanyut  di  langit.  Semua  orang  yang  ada  di
              dalam  toko  bungkam  karena  terperangah.  Kami  memandangi
              langit-langit toko yang dipenuhi kapuk seperti awan yang rendah.
                  Pemandangan semakin sensasional ketika Nyonya Deborah
              mematikan fan dan saat itu pula awan-awan kecil itu berjatuhan,
              melayang-layang dengan lembut tanpa bobot.
                  Mei Mei berteriak-teriak girang sambil melompatlompat,  “
                  “Hujan saljuuuuuuu.... “
                  “Mei  Mei  menangkap  awan-awan  kecil  yang  berjatuhan.
              Ibunya menghampiri anaknya, memeluknya.
                  Mereka menari berputar-putar di bawah hujan salju.
                  Aku  dan  Arai  bersandar  kelelahan.  Di  bawah  hujan  salju
              yang memesona pertikaian kami telah berakhir dengan damai.

                  “Arai, kita memerlukan tabungan itu. “
                  “Aku tak punya banyak waktu, Kal.... “
                  “Nanti kujelaskan. Ikuti saja rencanaku, percayalah.... “
                  “Aku menatap  mata  Arai dalam-dalam.  Dia memang  aneh
              tapi aku tahu tak ada bibit culas dalam dirinya. Di luar kami lihat
              Tagem  berjalan  gontai  memasuki  toko.  Di  ambang  pintu  ia
              berteriak,  “
                  “Puik Tagem!! “
                  “la  terkejut  melihat  toko  telah  kacau-balau  dan  menjadi
              putih, sementara juragannya bersukaria bermain-main di bawah
              hujan  kapuk  dan  mertua  Nyonya  Deborah  bertepuk  tangan
              dengan piring kaleng.
                  Kami  kembali  bersepeda  dengan  tergesa-gesa,  meliuk-liuk

                                          36
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43