Page 37 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 37

“Tageeeeeeeeemmm!! Puik Tageeeeeemmmmm!!! “
                  “Nyonya  Deborah  berteriak histeris.  Karena panik,  Nyonya
              Deborah  terpaksa  memakai  kata  puik,  sebuah  makian  dalam
              bahasa Sawang.
                  Tagem  masih  tenang-tenang  saja.  la  malah  melambai-
              lambai,  menggoda  iringan  wanita  penjaga  toko.  Sebaliknya,
              melihat  pertarungan  semakin  dahsyat,  Mei  Mei  girang  tak
              kepalang. la menjerit-jerit seperti  burung  prigantil yang  dicabuti
              bulunya.
                  “Ayo, Abang Keliting, sepak!! Tinju!! “
                  “Semangatku terpompa. Aku merasa memiliki tenaga ekstra
              sebab aku yakin sedang membela kebenaran.
                  Aku    meronta    sejadi-jadinya   dari   kuncian   Arai,
              menggelinjang seperti belut  sehingga lemari raksasa itu limbung
              dan tiba-tiba ....
                  Shrrrookkkk...         braggghhh...          brruukkkk!!!
              Brruukkkk!!!Brruukkkk!!!  Tiga  karung  kertas  yang  berisi  kapuk
              berjatuhan  dari  rak  lemari  tembakau.  Karung-karung  itu  pecah
              berantakan  dan  gumpalan-gumpalan  kapuk  yang  berbentuk
              seperti  awan  terhambur  memenuhi  lantai.  Lalu  tampak  olehku
              pemandangan  yang  menakjubkan  karena  fan  besar  di  tengah
              ruangan  mengisap  kapuk  di  atas  lantai  dan  ribuan  awan-awan
              putih  kecil  berdesingan  melingkar  naik  ke  atas,  indah  dan
              harmonis membentuk spiral
               seperti angin tornado.
                  Mei Mei terpana melihat pemandangan ajaib itu.
                  Mulut  mungilnya  yang  dari  tadi  berkicau  kini  terkunci  lalu
              pelan-pelan  menganga  seperti  ikan  mas  koki.  la  tertegun  saat
              pusaran kapas itu maju mundur mendekatinya. Mata bulat buah
              hamlam-nya  bersinar-sinar  seakan  ia  melihat  sesosok  malaikat
              yang  besar,  tampan,  dan  bersayap  melayang-layang  ingin
              memeluknya.  Mei  Mei  pucat  pasi  karena  terpukau  dalam
              ketakutan yang indah.
                  Pinggan kaleng yang tengah digenggam ibu mertua Nyonya
              A  Siong  terjatuh  tanpa  disadarinya  lalu  berguling-guling  ke
              tengah ruangan toko. Nyonya Deborah sendiri berhenti berteriak.

                                          35
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42