Page 42 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 42

tonggos hitam-hitam.

                  “Ini? Ini  katamu!  Aya, ya... tolol sekali!  Yang betul! Ini?  Di
              sini? Yakin? “
                  “Begitu  pertanyaan  A  Put  pada  pasiennya.  Ia  menggerus-
              gerus  permukaan  balok  dengan  ujung  paku,  mencari-cari  satu
              titik posisi gigi yang sakit.
                  Maka  balok  itu  adalah  representasi  gusi  orang.  Hebat  luar
              biasa. Sang pasien merasa seakan sebuah benda bergerak-gerak
              dalam  mulutnya,  meraba  setiap  giginya.  Ini  adalah  komunikasi
              telepatik  antara  sepotong balok,  sebatang paku,  seorang dukun
              nyentrik, dan sebuah tekak busuk. Jika benda imajiner itu terasa
              mengenai gigi yang sakit, sang pasien berteriak,  “
                  “Yah ... hooh, hooh!! Di situ!! “
                  “  A  Put  serta-merta  memukul  kepala  paku  dengan  keras,
              menghunjamkannya  ke  dalam  balok  dan  detik  itu  pula  byarrr!
              Abrakadabra! Sim salabim! Tak tahu karena campur tangan jin,
              ilmu hitam, berkah sajen pada raja setan, atau sugesti, rasa sakit
              pada  gigi  itu  dijamin  lenyap  saat  itu  juga,  menguap  seperti
              dompet  ketinggalan  di  stasiun,  aneh  binti  ajaib!!  Tak  ada  sebiji
              pun  obat,  bahkan  tak  perlu  membuka  mulut!  Suatu  ketika
              antrean pasien  A Put telah  melampaui pagar  kandang  babinya.
              Para  tetua  Melayu  kasakkusuk  dan  pagi-pagi  sekali  esoknya
              mereka mengantar senampan pulut panggang.

                  “Selamat,  Dokter  A  Put.  Pimpinlah  kampung  ini,  semoga
              sejahtera, Kawan.... “
                  “Jika A Put memakan pulut panggang itu, maka saat itu pula
              ia dilantik jadi kepala kampung. Demikianlah prosesi di kampung
              kami,  sangat  fungsional.  Jika  hujan  berkepanjangan,  pawang
              hujan akan mendapat kiriman pulut panggang. Jika buaya mulai
              nakal, maka dukun buaya dinobatkan jadi kepala kampung. Jika
              anak-anak Melayu banyak lahir, sang paraji, penguasa tali pusar
              itu, dipastikan jadi ketua adat. A Put mendapat kehormatan jadi
              presiden  kampung  kami  karena  tahun  itu  kasus  borok  gigi
              melonjak tajam.

                                          40
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47