Page 36 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 36

yang  aneh  pasti  telah  membuatnya  menduga  kalau  Arai
              penjahat.
                  “Ayo, Abang Keliting, sepak!! Sepak!! Kik ... kik ...
                  kik ... hi... hi... sepak!! Tendang pelutnya!! “
                  “Adu  tenaga  semakin  dahsyat  karena  Arai  berhasil
              mengekang  kedua  tanganku.  Ia  unggul  karena  badannya  lebih
              besar. Ia memitingku dari belakang dan memepetkan tubuhku ke
              lemari  dagangan  tembakau.  Aku  menguik  ketika  terjajar
              menghantam lemari itu.
                   Mei Mei semakin girang. Gadis cilik yang tak kenal takut itu
              naik ke atas meja. Ibunya hilir mudik ketakutan.
                  “Ayo, tinju, Bang. Talik lambutnya .... “
                  “Aku dan Arai berusaha sekuat tenaga saling mengalahkan.
              Mei Mei yang gendut berlari-lari di atas  meja seperti  wasit tinju.
              Mulutnya berkicau-kicau tak keruan.

                  “Saudala-saudala,   datanglah    belamai-lamai!!   Inilah
              peltandingan antala pendekal keliting melawan .... “
                  “Mei Mei terdiam menatap Arai. Kami juga terdiam, serentak
              menoleh  padanya.  Dengan  ekspresi  lugunya,  putri  kecil  itu
              mengamati wajah Arai lalu ia berteriakngeri,  “
                  “Dlakulaaaaaaa ...!!! “
                  “Arai  tersinggung  berat  dan  menumpahkan  kekesalannya
              padaku.  Ia  menjepit  leherku  dengan  tekukan  sikunya.  Tapi
              seperti  kucing  yang  dimasukkan  ke  dalam  karung,  aku
              memberontak  sejadi-jadinya.  Ibu  mertua  Nyonya  Deborah
              memaki-maki namun  anehnya kemudian  ia tertawa. Pek!! Pek!!
              Pek!! Pek!! Pek!! Ia bertepuk tangan dengan pinggan kaleng tadi
              seperti  orang  main  tamborin.  Ia  menunjuk-nunjuk  aku  sambil
              mengepalkan  tinjunya,  kakinya  menyepak-nyepak.  Beliau  jelas
              memihak Arai.
                  Karena  mendapat  dukungan,  Arai  semakin  beringas.  Ia
              mendorongku ke lemari tembakau. Sebaliknya, aku semakin liar
              melawannya.  Rak  tembakau  yang  terbuat  dari  batangan  besi
              setinggi  tiga  meter  dengan  berat  ratusan  kilo  mulai  bergoyang.
              Jika rak ini tumbang, seisi toko bisa celaka.

                                          34
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41