Page 110 - JALUR REMPAH
P. 110

96 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI


               dagang Belanda itu pada abad ke-17 membangun loji atau kantor dagangnya
               di sekitar Muara Kumpeh, yang masih termasuk dalam aliran Batang Hari,
               untuk melakukan pembelian lada dan komoditas lain dari Jambi, serta untuk
               mengontrol aktivitas perdagangan perantara yang dikuasai oleh pedagang
               Tionghoa.  Pentingnya jalur sungai dan laut yang menghubungkan Jambi atau
                         55
               Sumatera dengan dunia luar dalam pelayaran dan perniagaan internasional itu
               setidaknya menunjukkan bahwa sungai dan laut di Nusantara sangat penting
               dalam menghubungkan pusat-pusat produksi rempah dan hasil bumi lainnya
               dari tanah air dengan pasar internasional. Hubungan niaga dalam ruang sosial
               pantai timur Sumatera ini menempatkan wilayah pantai timur sebagai jalur
               penting dalam perniagaan di Nusantara. Kapal-kapal dalam hal ini menjadi
               bagian penting dalam seluruh rantai perniagaan yang berlangsung sejak abad
               ke-10 hingga ke-16. Malaka kota di sisi barat Selat Malaka dikenal sebagai salah
               satu tempat penjualan kapal-kapal atau jung. Para pedagang membeli jung di
               kota itu dari pedagang lain yang tiba di Malaka untuk berdagang. 56

                   Jambi yang disebut  Tome Pires dikelilingi oleh sungai besar dan indah
               dalam dunia perniagaan dikenal luas sebagai penghasil lada. Lada asal Jambi
               dibutuhkan dan diperjual-belikan di berbagai tempat di Nusantara. Di masa
               pemerintahan Adityawarman pada pertengahan abad ke-14,  lada  Kerinci
               menjadi komoditas unggulan dari wilayah Jambi. Komoditas ini berasal dari
               perkebunan di  Kerinci dan  lada  Kerinci sangat dikenal dalam perniagaan
               rempah-rempah. Selain lada, hasil hutan Jambi seperti kayu gaharu dan hasil
               tambang berupa emas menjadi penghasilan penting dari wilayah ini. Hingga
               pertengahan abad ke-16 misalnya, Jambi dikenal sebagai salah satu penghasil
               lada  terbaik.  Lada  asal  Jambi  tersebut  menjadi  tujuan  para  saudagar  asing
               terutama Portugis untuk datang membelinya pada abad ke-16 setelah Banten
               mulai meredup pamornya dalam perdagangan lada di kawasan barat Nusantara.

                   Selain  lada,  tekstil adalah barang dagangan lain yang utama dalam
               perniagaan Jambi. Bahan sandang ini sebagian besar dijual oleh para pedagang
               Portugis saat mereka melakukan transaksi pembelian lada dan hasil bumi dari
               Jambi. Dalam perniagaan tekstil dan juga komoditas lainnya, sungai-sungai di


                     55   Lihat  Meilink-Roeloefsz.  Op.cit.  Asian  Trade  and  European  Influence…,  hlm  259;  Uka
               Tjandrasasmita. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, École française
               d’Extrême Orient, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2009, hlm 178-79.
                     56  Lihat Pires. Op.cit. Suma Oriental…, hlm 145.
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115