Page 114 - JALUR REMPAH
P. 114

100 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI


               ke  Malaka. Lada-lada asal  Jambi ini kemudian dibawa oleh para pedagang
               Portugis maupun Cina  dari  Malaka menuju berbagai tempat tujuan atau
               langsung ke negeri masing-masing. Saudagar-saudagar  Jawa juga diketahui
               membeli lada di Jambi lalu menjualnya kembali kepada para pedagang Cina
               di  pelabuhan-pelabuhan yang terletak di  Jawa. Pelabuhan  Jepara misalnya
               menjadi mata rantai penting dalam perniagaan  lada ini sebelum dilakukan
               pertukaran dengan komoditas-komoditas lain asal Jawa. Dalam perniagaan lada
               yang melibatkan Portugis, mereka pergi membawa kain ke Jambi dan barang
               dagangan yang populer lainnya lalu pulang dengan membawa lada berton-ton
               beratnya. Dalam perniagaan ini, tidak ada pungutan berupa bea impor untuk
               kain tapi pungutan berlaku untuk ekspor lada yang ditarik sebesar 10 persen.
               Peran penting dalam perdagangan lada Jambi ini dipegang oleh para pedagang
               Tionghoa yang bertindak sebagai pedagang perantara. Mereka menukarkannya
               dengan kain, garam dan barang-barang lainnya. Pada awal abad ke-17 misalnya
               atas dorongan dari pedagang-pedagang Cina dan Portugis terjadi kesepakatan
               untuk mengekspor lada melalui Jambi. Dalam aktivitas perniagaan ini Portugis
               menerima dua keuntungan sekaligus yaitu mendapatkan barang-barang
               yang dibawa oleh para  pedagang  Cina  dan sekaligus juga  lada asal  Jambi.
               Para pedagang Cina ini membawa lada dengan jung untuk kemudian dijual
               di pelabuhan-pelabuhan di Cina, sedangkan Portugis membawa lada untuk
               perniagaan mereka dengan Timor di bagian tengah wilayah Nusantara.  65

                   Hingga kedatangan  Belanda ke  Nusantara,  pelabuhan terpenting untuk
               lada adalah Banten. Tetapi para saudagar masih dapat membelinya di Jambi,
               Palembang, dan kota-kota lain di sepanjang pantai timur Sumatera. Di kota-
               kota pesisir itu harga  lada lebih rendah daripada harga di  Banten. Sebagai
               pelabuhan lada, Jambi tidak hanya dikunjungi oleh jung-jung asal Cina tetapi
               juga kapal-kapal saudagar Jawa, Siam, Patani, dan Malaka.  Hal ini setidaknya
                                                                       66
               memperlihatkan bahwa Jambi menduduki posisi penting di mata saudagar-
               saudagar asing dalam rantai perniagaan lada. Komoditas lada, seperti halnya
               pala dan  cengkeh untuk bagian timur  Nusantara, menjadi daya tarik para
               pedagang dari berbagai negeri untuk datang langsung ke Jambi dan bagian
               timur  Nusantara untuk melakukan transaksi niaga dan pertukaran barang.

                     65  Lihat Meilink-Roelofsz, Asian Trade and European Influence, hlm 146.
                     66  Lihat Meilink-Roelofsz, Asian Trade and European Influence, hlm 258.
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119