Page 115 - JALUR REMPAH
P. 115
Produksi Rempah, Pelabuhan dan Jaringan Perniagaan di Nusantara | 101
Sebelum Portugis dan juga Belanda menguasai Malaka atau beberapa wilayah
di Nusantara, peran saudagar-saudagar Nusantara dalam perniagaan tetap
penting. Mereka menjadi mitra dagang yang setara saat bertransaksi berbagai
kebutuhan akan barang dagangan atau komoditas utama yang sangat laku dan
dibutuhkan pasar waktu itu. Lada, pala, cengkeh, emas, kapur Barus, madu, dan
berbagai jenis kayu adalah beberapa di antara komoditas penting dalam dunia
perdagangan Nusantara. Peran inilah juga keuntungan yang bisa diraih dari
hasil penjualan lada, rempah, dan komoditas lainnya yang menjadi daya tarik
dan incaran pedagang asing untuk datang dan menguasai Nusantara melalui
jalan perniagaan rempah di tanah air. Mereka ingin menguasai langsung pusat-
pusat produksi dan juga jalur dan pintu masuk komoditas-komoditas itu. Cara
kekerasan misalnya terpaksa juga harus dipilih seperti dilakukan Belanda
atas rakyat Banda untuk mengendalikan dan mengontrol tata niaga pala pada
tahun 1620-1623. Pala di satu sisi sangat menguntungkan, tetapi di sisi lain bisa
membawa bahaya dan penderitaan penduduk. 67
Tentang arti pentingnya lada Jambi dalam perniagaan global juga tampak
sejak tanaman ini mulai memasuki masa panen atau bahkan sebelum musim
panen tiba. Pada 1616 misalnya dikabarkan bahwa ada tiga jung Cina yang
berlabuh, padahal waktu itu lada belum memasuki musim panen, tetapi kapal-
kapal ini mampu mengangkut 11 ribu kantung lada. Dalam hitungan Belanda,
saat panen lada saja bisa mencapai 1200 ton (setara 25-30 ribu kantung). Pada
1623 yakni saat panen mencapai puncaknya misalnya, lada Minangkabau yang
diekspor melalui Jambi bisa mencapai sebanyak 50 ribu kantung. Pedagang
Cina dalam hal ini dengan sedikit menekan menyatakan bahwa jika raja tidak
mendukung impor lada, maka saudagar-saudagar ini akan datang ke Jambi
dengan membawa 6-7 jung. Dengan jumlah jung sebanyak ini, maka seluruh
lada Jambi akan mereka beli sekaligus. Sebagai tawaran untuk melepaskan lada
ke tangan para pedagang Cina ini, mereka menjanjikan untuk mendatangkan
beberapa orang Tionghoa yang pandai dalam pembuatan senjata/meriam.
68
Tawaran dan daya pikat agar lada dijual kepada para pedagang Cina ini menjadi
bagian tak terpisahkan dalam negosiasi perniagaan lada Jambi pada abad ke-16
dan abad ke-17.
67 Lihat Reid. Op.cit. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga … Jilid 2, hlm 345.
68 Lihat Meilink-Roelofsz, Asian Trade and European Influence, hlm 258.