Page 113 - JALUR REMPAH
P. 113
Produksi Rempah, Pelabuhan dan Jaringan Perniagaan di Nusantara | 99
kawasan pantai timur Sumatera. Kota ini juga menjadi tempat tujuan lada asal
wilayah hulu di Minangkabau. Dalam perniagaan, untuk memasukkan barang
sandang, Jambi tidak memungut bea impor, tetapi untuk ekspor lada dipungut
10 persen. Bea ekspor ini diperuntukkan sebagian untuk raja tua dan raja
muda. Raja tua menerima 10 persen dari pungutan ini terhadap pedagang asal
Belanda, Inggris, dan Cina. Lalu Raja muda menerima 10 persen dari pedagang
Jawa dan Melayu sedangkan orang kaya menerima 90 persen. Jumlah terbesar
62
dari pungutan itu yang diterima oleh orang kaya menjadikan mereka mampu
menanamkan modalnya dalam usaha pelayaran dan perniagaan. Orang kaya
dalam struktur sosial masyarakat Sumatera misalnya bukanlah saudagar dalam
arti yang sesungguhnya. Mereka berdagang dalam bentuk commenda yakni
menyerahkan barang dagangan kepada orang lain untuk diperdagangkan atau
hanya memberikan sejumlah uang sebagai modal. 63
Aspek lain dari perniagaan hingga abad ke-16 yang punya nilai penting
karena menjadi satu kesatuan di dalamnya yaitu perdagangan budak. Budak
yang diperdagangkan kemudian dipekerjakan di istana raja, rumah bangsawan
ataupun orang kaya. Budak-budak ini juga dipekerjakan di berbagai pelabuhan
sebagai pengangkut barang atau melakukan pekerjaan berat lainnya, dan
sebagai pendayung kapal terutama kapal-kapal perang. Palembang menjadi
pengekspor budak ke Malaka, bersamaan dengan pengapalan komoditas seperti
beras, bawang putih dan bawang merah, daging, arak, rotan, madu, damar,
katun, emas, dan besi. Pelabuhan lain yang juga penting dalam perdagangan
budak ini adalah Pelabuhan Sunda Kalapa. Pelabuhan ini menjadi pelabuhan
impor sekaligus ekspor bagi budak-budak yang diperdagangkan. 64
Pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, seiring monopoli Malaka oleh
Portugis, mereka mulai aktif berdagang dan mengunjungi berbagai pelabuhan
di Sumatera dengan menggunakan kapal-kapal kecil. Tujuannya adalah agar
kapal-kapal itu dapat menjangkau pusat-pusat produksi langsung hingga
mendekati hulu. Jambi kala itu masih menjadi pusat perdagangan dan lada
menjadi barang dagangan utamanya. Dalam hal produksi lada, Jambi mampu
mengekspor lada sebanyak 40-50 ribu bag/kantong (1 bag setara 50 pon) lada
62 Lihat Lapian. Ibid. Pelayaran dan Perniagaan, hlm 118-19.
63 Lihat Lapian. Ibid. Pelayaran dan Perniagaan, hlm 65.
64 Lihat Lapian. Ibid. Pelayaran dan Perniagaan, hlm 86.