Page 121 - JALUR REMPAH
P. 121

Produksi Rempah, Pelabuhan dan Jaringan Perniagaan di Nusantara | 107


                 ke Sumbawa dan Bali dengan membawa beras, lada dan tanaman pertanian
                 lainnya yang ditukarkan dengan kain tenun kasar.  Sumbawa dan Bali pada
                                                                  81
                 waktu itu merupakan tempat persinggahan yang bagus untuk para pedagang
                 jarak jauh. Karena kedua tempat itu mempunyai sumber air bersih yang baik
                 dan melimpah. Ditambah pula, Sumbawa penghasil kayu cendana dan secang.
                                                                                           82
                 Kayu cendana merupakan sumber wangi aromatik yang banyak digemari oleh
                 pedagang Arab, Persia, Cina dan India, sedangkan secang minuman penyegar
                 dan dapat meningkatkan energi tubuh.

                     Dalam periode karajaan-kerajaan yang berpusat di wilayah Jawa Timur,
                 beberapa sumber menyebut  istilah  banjaga (pedagang  asing).  Banjaga ini
                 dapat  melakukan  perdagangan  ke  pedesaan  Jawa,  setelah  menyelesaikan
                 administrasi niaga di pelabuhan.  Para pedagang asing itu oleh aturan kerajaan
                                                83
                 diberikan tanggung jawab ruang sosial. Artinya, pedagang asing tersebut dapat
                 berinteraksi dengan pedagang di hulu sungai wilayah pedesaan. Juga, setelah
                 mereka melakukan transaksi di hulu sungai, mereka dapatkan interaksi dengan
                 pedagang penjaja di hiliran. Para Banjaga (pedagang asing) yang kembali ke
                 pelabuhan memakai standarisasi ukuran dan berat untuk menjamin kualitas
                 barang dagangan mereka dan keadilan dalam praktek bisnis, sehingga secara
                 langsung dilibatkan dalam perdagangan hulu sungai. Saling keterhubungan
                 ini untuk mencapai penyelesaian didasarkan pada kesetaraan niaga hulu-hilir
                 dengan pelabuhan didasarkan pada pertukaran yang dapat memperkuat daya
                 tarik pelabuhan dan produktivitas yang saling menguntungkan pedagang, raja,
                 dan pelaku-pelaku perniagaan di hulu sungai.

                     Pada abad ke-11 hingga ke-13 perniagaan menjadi sibuk di jalur laut
                 Samudra Hindia dengan laut Kepulauan  Nusantara. Seiring dengan itu
                 pedagang-pedagang Jawa hilir mudik berniaga antara timur dan barat.  Pada
                                                                                     84


                       81  Meilink-Roelofsz. Op.cit. Asian Trade…., hlm 101.
                       82  Meilink-Roelofsz. Ibid., hlm 100.
                       83  Istilah Banjaga dipergunakan pada jaringan perniagaan di pelabuhan pesisir utara Jawa
                 sekitar abad ke-10 dan ke-11. Lihat Hall. Op.cit. “Indonesia’s Evolving…”, hlm 15-31.
                       84   Pra  abad  ke-15  lingkaran  perdagangan  laut  dalam  maritim  Asia  Tenggara  merupakan
                 perhatian yang lebih besar, tidak hanya kekayaan yang dihasilkan oleh perdagangan melalui jalan laut
                 jarak jauh. Pada periode ini keuangan negara tumbuh secara strategis berlokasi di Selat Malaka dan
                 pulau-pulau subur Jawa dan Bali, tetapi juga karena komoditi dan pertukaran informasi mempengaruhi
                 ekonomi dan melibatkan partisipasi masyarakat. Untuk hal ini lihat. Christie. Op.cit. “Javanese Market
                 and Asian…”, hlm. 344-381.
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126