Page 49 - JALUR REMPAH
P. 49
Latar Belakang Historis Tiga Wilayah | 35
ton ke Maluku dan Banda. Pelabuhan lainnya yakni Surabaya dan Demak
menjual beras kepada orang-orang Maluku, Ambon, (Hitu) dan Ternate.
Sebaliknya orang-orang Banda dan Ternate menjual Pala dan Cengkeh kepada
saudagar pesisir utara Jawa.
48
Pertukaran beras dan rempah-rempah selain di lokasi oleh pedagang Jawa
juga pedagang dari Sulawesi.Pada 1590, Raja Makassar, Karaeng Matoaya
setelah berhasil mengorganisir para bangsawannya di tanah pertanian Maros
untuk menanam beras, maka 20 tahun kemudian terjadi surplus. Mereka
melihat kemungkinan mengembangkan surplus beras secara teratur yang dapat
dijual di Maluku untuk memperoleh rempah-rempah yang mahal. Dikabarkan
pada 1606:
“ Di setiap kota dan pasar di seluruh negeri, ia telah mendirikan lumbung-
lumbung kukuh penuh beras, yang baru boleh jual setelah hasil panen baru
masuk, agar tidak terjadi kekurangan pangan disaat paceklik. Ia sangat
rajin menghimbau perdagangan ke negerinya. Untuk itu dia menempatkan
seorang agen di Banda yang setiap tahun dikirimi beras, pakaian, dan segala
sesuatu yang diperlukan di sana demi memasukkan sebanyak mungkin pala
ke negerinya, dan dengan demikian mendekatkan para saudagar kepadanya.
49
Situasi ini memperlihatkan, beberapa di antara bangsawan Makassar
menggunakan persawahannya di Maros untuk menghasilkan surplus beras
untuk ekspor. Orang Inggris yang tinggal di Pulau Run, dalam satu bulan bisa
membeli 190 koyang (450 ton) beras. Maka pada masa-masa puncak, jumlah
keseluruhan mencapai lebih dari 1000 ton per tahun.
50
Selain beras, orang-orang Banda juga mendatangkan garam untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal itu dilakukan karena di sepanjang
pantai Kepulauan Banda tidak terdapat lahan landai, lahan pantai senantiasa
berhadapan dengan laut dalam. Di tambah pula dengan perubahan musim yang
mempengaruhi pasang-surutnya air laut yang tidak terduga. Situasi geografi
Kepulauan Banda seperti itu, menciptakan penduduk tidak dapat mengolah air
48 Untuk hal ini lihat. Usman Thalib. Islam di Banda Naira. Centra Perdagangan Rempah-Rempah
di Maluku. Ambon: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2015, hlm. 75-75.
49 Raja yang bijak ini merupakan salah seorang penjual beras utama kepada para pedagang Eropa
pada abad ke-17 yang bertolak ke Maluku dan Banda. Untuk hal ini lihat. Reid. Op.cit. Asia Tenggara
Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jilid 1, hlm. 29.
50 Reid. Ibid., Asia Tenggara…hlm. 30.