Page 76 - TEORI DAN PRAKTIK BK KELOMPOK
P. 76

stresor  –  stresor  besar  menjadi  tujuan  –  tujuan  coping  jangka  pendek,  jangka
                        menengah dan jangka panjang.

                        Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
                        Stress  Inoculation  Training  (SIT)  untuk  melihat  stresnya  sebagai  reaksi  adaptif

                        yang normal dan mengajarkan konseli untuk menemukan perjalanan gangguannya,

                        sifat transaksional stresnya, dan perannya sendiri dalam mempertahankan tingkat
                        stres.

                        3.   Tahapan Teknik Stress Inoculation Training
                             Erford  (2016:  325),  SIT  melibatkan  tiga  fase:  (1)  konseptualisasi,  (2)

                        perolehan keterampilan dan berlatih, dan (3) aplikasi dan penyelesaian.

                          1)  Fase pertama SIT, fase konseptualisasi, mengajarkan kepada konseli tentang
                             sifat  stres  maupun  peran  konseli  dalam  menciptkan  stres.  Konseli  dan

                             konselor  profesional  bekerja  bersama-sama  untuk  mengidentifikasi
                             presenting  problem  (masalah  yang  membuat  konseli  mencari  konseling).

                             Begitu stresor-stresor global telah teridentifikasi, konselor profesional dapat

                             membantu konseli mengurangikan stresor-stresor tersebut menjadi situasi-
                             situasi penuh tekanan spesifik dan mengevaluasi upaya-upaya coping konseli

                             saat ini. Konseli kemudian mengembangkan tujuan-tujuan jangka pendek,
                             menengah, dan panjang yang spesifik secara perilaku dengan pemahaman

                             bahwa sebagian aspek stres dapat diubah dan sebagian lainnya tidak dapat
                             diubah. Konseli juga memantau sendiri dialog batin, perasaan, dan perilaku

                             yang  terjadi  selama  situasi-situasi  peuh  tekanan.  Konselor  profesional

                             kemudian  dapat  menggunakan  laporan  diri  konseli  untuk  membantu
                             mengembangkan suatu konseptualisasi baru tentang stres.

                          2)  Selama  fase  kedua,  fase  memperoleh  keterampilan  dan  berlatih,  konseli
                             mempelajari beragam teknik coping perilaku dan kognitif untuk digunakan

                             dalam  situasi  yang  penuh  tekanan  (Corey,  2015).  Keterampilan  –

                             keterampilan coping ini mungkin termasuk mengumpulkan informasi tentang
                             situasi  penuh  tekanan;  merencanakan  sumber  daya  dan  rute  pelarian;

                             cognitive  restructuring  pernyataan  –  pernyataan  negatif  yang  dialamatkan
                             pada  diri  sendiri;  instruksi  kepada  diri  sendiri  yang  berorientasi  –  tugas,

                             mengatasi  masalah,  dan  teknik  –  teknik  behavioral  seperti  relaksasi,





                                                              72
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81