Page 43 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 43
suamiku membelikan aku teh botol, saat mau dibayar, sang
penjual bilang nanti saja kalau sudah habis. Tapi ternyata
busnya datang tiba‐tiba sekali, saking gugupnya aku hanya
sanggup meletakkan botol itu di meja penjualan, aku lupa
membayarnya. Bus pun sudah terlanjur melaju. Selang
beberapa bulan saat suamiku ke ibukota provinsi, aku
menitip pesan agar membayar utangku yang hanya sebotol
teh.
Masa tunjuk muka ke sekolahpun hampir tiba. Aku diberi
waktu beberapa hari untuk mempersiapkan diri sebelum
datang ke sekolah yang disebutkan di dalam SK. Karena lama
sudah tidak mengajar di sekolah, aku sama sekali tidak punya
PSH Pakaian Seragam Harian) yang biasa dipakai bapak ibu
guru mengajar. Pakaianku saat menjadi guru honorer sudah
tidak muat lagi, dan sebagian sudah aku berikan ke orang.
Sepatupun aku sudah tak punya lagi. Sepatu mudah didapat
di toko sepatu, tetapi tidak dengan PSH, setidaknya aku
harus menjahitkan bahan paling cepat seminggu baru jadi.
Alhamdulillah, ternyata Allah mengirim seorang teman
yang mempedulikanku. Dia membawakan aku baju miliknya
yang sudah tidak dia pakai karena sudah tidak muat. Dia
memang sedikit lebih gemuk dariku. Aku merasakan betapa
pentingnya berteman. Semoga aku juga bisa selalu menjadi
seperti dia untuk peduli kepada teman.
Hari tunjuk muka ke sekolahpun tiba. Hari itu sekolah
tempatku akan mengajar sepi. Tidak ada banyak anak‐anak
berlarian, karena ternyata diliburkan. Aku dapat mendapat
informasi dari TU, hari itu seluruh bapak ibu guru dan
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 35