Page 53 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 53

Cincin Yang Terbelah




             K
                    ehidupan  harus  terus  berjalan,  tidak  ada  kata  lelah,
                    dan tidak ada kata berhenti sejenak. Anak‐anak terus
                    berkembang sesuai usia mereka. Si kecilku sudah
             hampir  masuk  PAUD,  sementara  kedua  anak  yang  ikut  aku
             pun  tumbuh  semakin  dewasa.  Artinya  semua  kebutuhan
             rumah tangga juga bertambah. Gajiku dan gaji suami semakin
             tak  bisa  menutup  semua  kebutuhan.  Kami  tetap  bersabar
             dan berdoa, kami yakin pasti ada hari esok yang lebih cerah.
             Yang  bisa  kami  lakukan  hanyalah berhemat,  berhemat,  dan
             berhemat.
                 Pemenuhan      kebutuhan     skunder     sudah     kami
             kesampingkan.  Prinsip  kami,  selagi  masih  ada  tempat
             berteduh  dan  ada  beras  di  dapur,  masih  tetap  bersyukur.
             Sayuran  bisa  kami  usahakan  dari  pot‐pot  yang  kami  tanam.
             Sedangkan lauk, bagi kami kerupuk sudahlah cukup. Ada satu
             yang  membuat  aku  kasihan  sama  si  kecil.  Kebutuhan  susu
             untuknya  harus  tetap  berlanjut,  karena  dia  masih  masa
             pertumbuhan.
                 Suatu  hari  susu  habis,  tanggal  masih  ada  di  bilangan
             belasan.  Uang  sudah  habis,  gajian  masih  sangat  lama.  Aku
             hanya bisa menahan airmata. Aku memutar otak, bagaimana
             agar  bisa  mendapatkan  uang  tanpa  harus  meminta‐minta
             ataupun  berutang.  Sepulang  sekolah,  aku  hanya  mampu
             menatap anakku yang sedang bermain. Aku lihat jam belum
             ada jam 15.00. Kupijit‐pijit jariku yang agak terasa sakit, dan


                      Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 45
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58