Page 55 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 55
sediakan, selain masaknya mudah, telur bisa digoereng
menjadi lauk yang sebutir bisa untuk satu keluarga. Kadang
kala aku tambahkan sayuran, atau kadang ditambah tepung,
satu telur bisa untuk berlima. Aku selalu berpesan sama anak‐
anakku, “Nanik dan Idah, Nak maafkan ibu, ibu belum bisa
memberimu makanan dan kebutuhan yang berlebih, semoga
kelak berkat doa dan perjuanganmu kau mendapat rezeki
lebih.” Mereka hanya bisa mengangguk dan bilang, “Inggih,
Bu.”
Ketika suamiku pulang, aku katakan kepadanya kalau aku
sudah menjual cincin pemberian ibu, uangnya sebagian aku
belikan susu. Dia tidak marah ataupun menggerutu. Justru
dia berpesan tidak apa‐apa nanti kalau kita punya rezeki lebih
kita membeli lagi. Lega rasa hatiku mendengar jawaban itu.
Suamiku orang yang sangat sabar, sebaliknya aku, cepat
mengeluh dan cepat putus asa. Suamikulah yang selalu
menyemangatiku.
Hampir setahun aku menjadi guru, saatnya aku harus
mengikuti pra‐jabatan. Banyak tahapan yang harus aku lalui
untuk mendapatkan gajiku 100%. Pada saat pra jabatan inilah
aku harus meninggalkan anakku selama 21 hari. Aku tak
mungkin meninggalkan si kecil dengan mbaknya. Aku tak bisa
mengelak untuk meminta bantuan ibu untuk menjaga
anakku.
Setelah pra jabatan selesai, aku berhasil melakukan
pemberkasan, naiklah gajiku menjadi 100%. Kenaikan 20%
persen gaji dari Rp180.000,00 dengan golongan IIIA
belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh
keluarga. Tapi aku dan suami tetaplah bersyukur dan tetap
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 47