Page 89 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 89
komputer dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang
lebih layak dari ibunya. Selain itu, saat anaknya
menikahpun aku juga tidak lepas tangan. Teka‐teki itu masih
bersemayam di benakku sampai akhirnya aku mendengar
kabar bahwa Mak Nanik merantau ikut seseorang entah ke
mana. Hari berlalu hingga aku melupakan kejadian tentang
Mak Nanik. Selain pergi pagi pulang sore, aku mesti harus
mengerjakan semua pekerjaan rumah yang biasanya
dikerjakan oleh Mak Nanik.
Suatu sore, tanpa kuduga datanglah anak Mak Nanik ke
rumah. Dengan wajah sangat sedih dia bercerita kenapa
ibunya pergi. Dia pun meminta tolong untuk meminjam uang
sebesar satu juta rupiah, dengan alasan akan digunakan
untuk menutup utang‐utang ibunya yang semuanya sudah
jatuh tempo. Aku bukanlah orang yang mudah percaya
begitu saja pada orang yang meminta pinjaman uang.
Bukannya aku pelit, tapi aku sudah terlalu sering dibohongi
para tetangga yang meminjam uang dan akhirnya ngemplang.
Ngemplang itu istilah bahasa Jawa bagi orang yang
meminjam tapi tidak mengembalikan. Bahkan ada tetangga
yang meminjam uang, tidak mau mengembalikan, ditambah
lagi tidak mau menegur sapa. Padahal aku punya prinsip tidak
akan pernah menagih uang yang aku pinjamkan walau sudah
jatuh tempo. Aku yakin kalau sudah rezeki pasti akan
kembali.
Aku tidak langsung memberikan pinjaman ke anak Mak
Nanik. Aku berembuk dulu dengan suami. Aku suruh dia
datang hari berikutnya. Pada saat aku belanja ke tetangga,
aku pura‐pura tidak tahu, aku bertanya kira‐kira ke mana Mak
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 81