Page 92 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 92
menabung dengan harapan suamiku bisa melanjutkan
kuliahnya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu S‐2. Di kantornya
ada aturan kalau daalam beberapa tahun ke depan tidak
sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dia tidak akan pernah
naik pangkat. Atau bahkan akan diturunkan pangkatnya.
Sebenarnya aku tidak begitu peduli dengan semua
kepangkatan itu. Selagi kita bekerja dengan baik, rezeki pasti
akan menyesuaikan. Akupun mulai mengencangkan ikat
pinggang untuk menambah pundi‐pundi tabungan, dengan
harapan suamiku bisa segera kuliah lagi. Sudah hampir empat
tahun aku menunggu dia untuk mendaftarkan kuliah,
ternyata dia tidak beranjak pula. Ibuku mulai gelisah,
demikian pula ibu mertuaku. Beliau berdua sangat
menginginkan suamiku kuliah lagi, tapi dia tidak beranjak
mendaftar. Akupun sampai tidak bisa memahami apa
kemauan suamiku.
Aku bahkan kasihan pada bapak dan ibu yang
mengkhawatirkan suamiku karena takut diturunkan
pangkatnya. Sampai suatu hari di tengah malam aku bertanya
pada suamiku, kenapa dia belum mau kuliah lagi. Jawaban
suamiku ternyata membuat aku terkejut, karena aku tak
pernah memikirkan itu. Dia menjawab dengan bahasa Jawa,
“Aku pingin ngulon dhisik.” Ngulon itu artinya Mekah, jadi dia
pingin pergi haji lebih dulu dari pada kuliah S‐2. Itulah cita‐cita
suamiku yang aku tidak pernah tahu.
Yang aku pikirkan selama ini hanyalah rencana‐rencana
yang sifatnya duniawi. Akhirnya akupun menyetujuinya. Aku
mengajak suamiku menghitung tabungan dulu. Keesokan
harinya aku melihat semua tabungan yang ada, ternyata
84 | Danarti