Page 91 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 91
Kredit Itu Memang
Menggiurkan
K
ehidupanku ekonomiku berangsur‐angsur normal
dengan kenaikan gaji, baik berkala, kenaikan pangkat,
maupun kenaikan dari pemerintah. Dengan dua anak,
rumah sederhana, mobil keluaran tahun 1984, yang kami
menyebutnya gerobak Mata Bagong menghiasi hari‐hari
kami. Aku selalu menyisihkan sebagian gajiku untuk kami
tabung lebih dahulu, sedangkan sisanya baru digunakan
untuk kebutuhan sehari‐hari. Aku selalu membuat skala
prioritas untuk membeli sesuatu.
Aku harus mempertimbangkan apakah itu kebutuhan
primer, skunder, atau bahkan tertier. Ketika aku dan suami
memutuskan untuk membeli si Mata Bagong, aku
memasukkan kebutuhan itu kebutuhan primer, dengan
alasan dua anak aku harus memiliki angkutan untuk bisa
selalu mengunjungi kedua orang tuaku. Penting bagi kami
untuk selalu mengunjungi orang tua, kami menganggap
itulah wujud bakti kami kepada mereka. Mereka tidak
mengharapkan banyak dari anak‐anaknya, kecuali
kedatangan kami yang selalu dirindukan. Dengan mobil itulah
aku dan suami bisa mengunjungi bapak ibu kapan saja tanpa
harus khawatir akan hujan dan panas.
Setelah target memiliki gerobak terpenuhi, aku mulai
untuk membuat rencana tahunan berikutnya. Aku rajin
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 83