Page 54 - Edelweis Bayan_Neat
P. 54
pada definisi: .يلصلا� ىنعَمل� ةد�ر إ لا ةعَنام ةنيرقَو ةقَلاعَل. Mencegah dari makna asli hanya berlaku
أ
pada isti’arah musharrahah, karena kasusnya akan berbeda dengan isti’arah makniyyah yang sudah
)هل عضو ام يف لمعَتسمل� ظفل�(. Maka qarinah pada isti’arah makniyyah bukan mencegah, justru
menunjukkan )ةيل�دل�( akan adanya isti’arah. Dalam definisinya kita mendengar qarinah daaliyyah ini
dengan: همز�ول نم ءيشب هيلإ� زمرو.
Qarinah-qarinah daaliyah ini jika menggunakan sudut pandang bahasa Indonesia kemudian
beranak pinak menjadi personifikasi, depersonifikasi, dan sinestesia. Sedang isti’arah makniyyah se�
bagaimana terdahulu ialah metafora implisit terbalik. Demikian sejauh penemuan penulis. Kami akan
coba gambarkan dengan bagan berikut:
Dari berbagai sumber , metafora merupakan “ratu-nya majas ”. Sedangkan pada ketiga caban�
1
gnya tersebut definisinya tidak jauh dengan menyifati sesuatu dengan sifat-sifat tertentu. Penekanann�
ya bukan pada musta’ar lah atau makna asal tapi pada qarinah-qarinah-nya atau kata-kata yang menyertai
si metafora terbalik (isti’arah makniyyah). Berikut rincinya:
1. Personifikasi, menggambarkan benda-benda mati, hewan, tumbuhan atau barang-barang tak
bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.
Contoh: Kucing itu menyambutku yang baru datang dari kampung halaman. Ia kangen padaku, lalu
ku elus ia dengan gemas.
2. Depersonifikasi, sebaliknya dari personifikasi, ia menggambarkan manusia dengan benda-ben�
da mati, dll.
Contoh: Dasar sialan koruptor pengerat uang rakyat! Bajingan memang!
3. Sinestesia, mengaitkan suatu kata yang mestinya menggunakan indra tertentu dengan indra
atau anggota tubuh lain. Dalam arti kata lain satu indra digunakan untuk menggambarkan pengalaman
atau sensasi yang biasanya dikaitkan dengan indra lain
Contoh: Angin pagi kota Batu menusuk hingga ke tulang, tak jauh beda dengan Puncak.
1 Diksi dan Gaya Bahasa Gorys Keraf diantaranya.
52 Buku Ajar Edelweis Bayan