Page 48 - IST Baru
P. 48
berada pada sekitar keadaan darurat perang yang berlaku bagi seluruh wilayah Kali-
mantan. Kemudian pada waktu Sub T & T-VI itu akhirnya dirombak lagi menjadi kodam
pada tanggal 17 Juli 1958 kemudian situasi politik dan keamanan di wilayah Indonesia
umumnya belum berubah banyak dibandingkan masa satu tahun sebelumnya. Pada
masa itupun, transisi kedua tingkat Komando menjadi Kodam, banyak kisah peru-
bahan pembangunan kekuatan yang menonjol, karena perhatian Komando baru ini
lebih banyak tersifat untuk menghadapi gerombolan KRYT Ibnu Hadjar yang kembali
menunjukkan kegiatannya sejak 1956. Tetapi, pergolakan di daerah Kalsel masa itu, ti-
dak mengurungkan niat Wakasad Brigjen Gatot Soebroto untuk melantik Hassan Bas-
ry sebagai Panglima Lambung Mangkurat yang pertama kalinya di lapangan Merdeka
Banjarmasin, bersamaan waktunya dengan peresmian Komando baru tersebut.
Masa bertahun-tahun menghadapi pemberontakan KRYT yang menerapkan
aksi-aksi gerilya dan mencoba meluaskan pengaruhnya melalui jalur kesukuan dan
agama itu, sungguh-sungguh mendewasakan pandangan tentang perlunya pembi-
naan aparat teritorial. Sementara persiapan di tingkat pusat untuk memulai kampa-
nye perebutan Irian Barat sedang giat dilakukan yang juga diwarnai oleh alam Dekrit
5 Juli 1959, maka Komando Teritorial Jajaran Kodam X, disusun dan diberrtuk dengan
resmi pada 1 Agustus 1960 dalam wujudnya sebagai Kodim-Kodim.
Komando Distrik Militer dibentuk masing-masing di Amuntoi, Barabai, Kan-
dangan, Kota Baru, Barito Kuala, Martapura, Banjarmasin dan Pasir. Persiapan meng-
hadapi kampanye Irian Barat itu, nampaknya juga mempengaruhi seluruh Kodam di
Indonesia.
Di lingkungan Kodam X/Lambung Mangkurat, dampak kegiatan itu terasa da-
lam membenahi Batalyon-Batalyon yang lebih memenuhi tuntutan mutunya sebagai
alat pemukul. Kendala personil dan anggaran membatasi semua tuntutan itu. Dua
Batalyon yang saat itu ada hanyalah Yonif 604 dan Yonif 605. Dan keduanya masih be-
lum didukung oleh personil yang lengkap, walaupun sudah diperkuat dari unsur eks
Batalyon 606 dan 607 yang dilebur pada masa itu.
Betapa kendala personil sangat mengekang upaya untuk mengatasi tuntut-
an perlunya pemantapan terhadap Batalyon-batalyon tersebut juga mewarnai upa-
ya untuk melengkapi personil Staf di Makodam sendiri. Dalam menyimak kekuatan
unsur teritorial, di mana Kodim-Kodim telah dibentuk itu, terasa perlu adanya suatu
48