Page 344 - PROSES & TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG
P. 344

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
                                                                PEMBENTUKAN PERATURAN
                                                                  PERUNDANG-UNDANGAN


                           tersebut dapat dilakukan, “melalui RDPU, seminar atau kegiatan sejenis,
                           dan kunjungan. Kegiatan dilakukan dengan memperhatikan jadwal
                           kegiatan DPR dan anggaran yang disediakan”.
                                Pentingnya  partisipasi  masyarakat  dalam  proses  pembentukan
                           UU, dilihat dari fungsi asas-asas pembentukan peraturan perundang-
                           undangan  yang baik, merupakan perwujudan dari asas keterbukaan,
                           sebagaimana diatur pada UU No. 12 Tahun 2011  jo.  UU No. 15 Tahun
                           2019. 290


                           G.  BENTUK  PARTISIPASI  MASYARAKAT  DALAM
                                PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
                                UNDANGAN
                                Partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-
                           undangan merupakan  wujud penyelenggaraan pemerintahan  yang
                           baik di antaranya adanya keterlibatan masyarakat, akuntabilitas,
                                          291
                           dan transparansi.  Dalam konteks ini partisipasi masyarakat mutlak
                           diperlukan dalam setiap pembentukan peraturan perundang-undangan.
                                Bentuk  partisipasi  masyarakat  dalam  pembentukan  peraturan
                           perundang-undangan tersebut dapat dimulai dari tahap perencanaan
                           hingga evaluasi pelaksanaan. Secara teori ada lima bentuk yang dapat
                           dikembangkan dalam partisipasi masyarakat, yaitu:  292
                           1.    Mengikutsertakan anggota  masyarakat  yang dianggap ahli dan
                                independen dalam tim atau kelompok kerja dalam penyusunan
                                peraturan perundang-undangan;
                           2.    Melakukan  public hearing (diskusi publik) melalui seminar,
                                lokakarya, atau mengundang pihak-pihak  yang berkepentingan
                                (stakeholders)  dalam  rapat-rapat  penyusunan  peraturan
                                perundang-undangan;

                           3.     Dengan melakukan uji shahih kepada pihak-pihak tertentu untuk
                                mendapatkan tanggapan;

                          290 Jazim Hamidi, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Dalam Sorotan, (Cetakan Pertama,  Tata
                       Nusa, Jakarta, 2005, hlm. 29).
                          291 Mas Achmad Santoso, Good Government dan Hukum lingkungan, (Jakarta: ICEL, 2001), hlm. 87.
                          292 Sirajuddin, Fatkhurohman dan Zulkarnain, Legislative Drafting, Pelembagaan Metode Partisipatif Dalam
                       Pembentukan Peraturan Per Undang-Undangan, (Malang: Setara Press, 2016), hlm. 243.


                                                                                  329
                                                                         dpr.go.id
   339   340   341   342   343   344   345   346   347   348   349