Page 323 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 323

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   Meksiko, Amerika Serikat, Jepang, Kamboja, dan Vietnam Utara. 406
                                                   Dengan  pertimbangan pengendalian situasi yang mengancam
                                                   keselamatan negara, salah satunya karena Konstituante tidak dapat
                                                   memutuskan soal Undang-undang Dasar, maka sepulang dari
                                                   kunjungan ke luar negeri pada akhir bulan Juni, Sukarno segera
                                                   merumuskan jalan lain untuk mewujudkan tujuan kembali ke Undang-
                                                   undang Dasar 1945.
                                                         Sukarno pada akhirnya memilih jalan lain untuk kembali ke
                                                   Undang-undang Dasar 1945, yakni melalui dekrit presiden sebagai
                                                   jalan yang sebetulnya tidak konstitusional. Meski demikian, banyak
                                                   kalangan menerima dekrit sebagai solusi karena langkah konstitusional
                                                   melalui Sidang Pleno Konstituante yang diwarnai perdebatan panjang
                                                   pun tidak dapat diwujudkan hingga tuntas. Krisis pemerintahan yang
                                                   dikhawatirkan meluas dan tekanan dari Angkatan Darat menjadi faktor-
                                                   faktor pendorong dikeluarkannya dekrit oleh Presiden Sukarno.





                                                   6.6  Dekrit Presiden dan Perubahan
                                                   Lembaga Negara

                                                         Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945, konstitusi negara
                                                   sebagai undang-undang dasar berganti beberapa kali sampai akhirnya
                                                   dilaksanakan Pemilu pada tahun 1955 dan dibentuknya Konstituante
                                                   untuk membuat undang-undang dasar yang baru. Namun, perdebatan
                                                   tajam soal undang-undang dasar tidak dapat dihindari bahkan belum
                                                   terselesaikan hingga 1959. Gagasan kembali ke Undang-undang Dasar
                          Sukarno pada             1945 kemudian dianggap menjadi jalan keluar krisis pemerintahan dan

                     akhirnya memilih              lembaga Konstituante dimintai persetujuan untuk menetapkannya.
                                                   Namun, perdebatan kembali terjadi ketika dilaksanakan pemungutan
                       jalan lain untuk            suara di lembaga Konstituante. Maka, pemerintah menganggap jalan

                 kembali ke Undang-                konstitusional tidak dapat ditempuh untuk kembali ke Undang-undang
                 undang Dasar 1945,                Dasar 1945.
                                                         Sepulang kunjungan luar negeri, Sukarno mendapatkan tekanan
                  yakni melalui dekrit             agar dapat mengendalikan situasi. Sebagai jalan lain, selain jalan
              presiden sebagai jalan               konstitusional, akhirnya pada 5 Juli 1959 Sukarno mengeluarkan

               yang sebetulnya tidak               Dekrit Presiden tentang Kembali Kepada Undang-undang Dasar 1945.
                         konstitusional.           Tindakan Sukarno yang krusial ini ia nyatakan sebagai tindakan dengan
                                                   berdasar pada staatnoodrecht atau hukum keselamatan negara dalam

                                                   406  John D. Legge, op.cit., hlm. 346.




                                       dpr.go.id   324





         02 B BUKU 100 DPR BAB 6 CETAK.indd   324                                                                  11/19/19   9:22 AM
   318   319   320   321   322   323   324   325   326   327   328