Page 289 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 289
Dr. Fadli Zon, M.Sc
Menurut saya, sebagai negara agraris, orientasi pembangunan
kita mestinya kemakmuran petani. Kegairahan produksi, baik melalui
intensifikasi maupun ekstensifikasi, harus didesain sebagai konsekuensi
adanya rangsangan insentif bagi petani. Maksudnya, jika petani produsen
mendapatkan insentif menarik, dari pengalaman sejarah, produksi
komoditas otomatis akan bertambah kok.
Masalahnya, bagaimana kita meningkatkan insentif bagi petani?
Saya melihat, di sinilah kita perlu meningkatkan human capital petani,
terutama terkait kemampuan entrepreneurship mereka. Petani kita harus
dididik bukan hanya mengenai teknik dan teknologi baru pertanian, yang
bersifat on farming, melainkan juga strategi usaha tani, yang bersifat off
farming.
Pemerintah harus memberdayakan kembali para penyuluh
pertanian. Para penyuluh harus diberdayakan dengan perspektif baru, yaitu
penyuluhan usaha tani. Kita harus mengubah perspektif pembangunan
pertanian kita dari orientasi subsisten menjadi orientasi komersial. Petani
harus dididik menjadi pengusaha.
Tugas pemerintah, selain memberikan penyuluhan dan pelatihan,
adalah menciptakan ekosistem bisnis pertanian yang kondusif, baik
di level input maupun di level output. Di level input, misalnya, penting
sekali Pemerintah memberikan subsidi. Misalnya di bidang peternakan,
karena konsumsi daging kita masih rendah, maka Pemerintah harus
memperhatikan betul industri peternakan.
Menurut data yang saya pegang, tingkat konsumsi daging kita
memang masih tergolong rendah, hanya 11,6 kilogram per kapita per
tahun. Jangan jauh-jauh membandingkan konsumsi daging kita dengan
Amerika dan Australia, yang masing-masing mencapai 120 kg dan 111 kg
per kapita per tahun, karena angka konsumsi kita masih jauh di bawah
negara-negara tetangga, seperti Malaysia, yang konsumsinya mencapai
52,3 kg, Filipina yang konsumsinya mencapai 33 kg, atau bahkan Thailand
yang konsumsinya mencapai 25,8 kg.
Ada dua isu kenapa konsumsi daging kita masih rendah, yaitu harga
dan masalah ketersediaan. Untuk menutupi dua persoalan itu, harus ada
subsidi bibit ternak sapi dan domba, atau kambing, untuk menggiatkan
kembali peternakan rakyat, selain tentunya mendukung peternakan
296 KATA FADLI