Page 89 - EKONOMI KERAKYATAN
P. 89
VI. SUASANA SISTEM POLITIK DAN EKONOMI
PADA MASA PEMERINTAHAN REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA
1945 - 1949
sebagai penjajah bereaksi dengan merubah politik dan kebijakannya,
dari rezim toleran karena politik bayar hutang budi menjadi rezim
yang represif. Pemerintah kolonial Belanda mulai menekan semua
gerakan yang dianggap subversif. Kebijakan inilah yang menyebabkan
para pemimpin dan elit di nusantara ditangkap, terutama Sukarno dan
Mohammad Hatta.
Momentum untuk kemerdekaan dan berdirinya negara
Indonesia merdeka. Tindakan represif dilakukan dalam bentuk menekan
organisasi nasionalis karena melakukan subversif terhadap Belanda.
Tindakan represif juga dilakukan dengan cara menangkap para pemimpin
organisasi nasionalis. Namun, tindakan represif ini justru semakin
membangkitkan rasa nasionalisme yang telah membara pada diri para
pejuang kemerdekaan dan rakyat nusantara pada umumnya. Dalam
kondisi yang tertekan dan sulit, mereka terus secara intensif berjuang
untuk kemerdekaan nusantara menjadi negara Indonesia merdeka.
Kemudian perjuangan para pejuang memperoleh momentum yang
sangat mendukung. Keadaan ini timbul karena pada tahun 1942 Jepang
berkeinginan mengambil alih penjajahan Belanda di nusantara, karena
ingin memperoleh hasil dan isi bumi nusantara, terutama minyak. Jepang
memberi kesan kepada para pejuang dan rakyat pribumi nusantara
bertindak sebagai saudara tua terhadap saudara muda. Bahkan Jepang
mempekerjakan rakyat nusantara menggantikan pejabat dan pegawai
Belanda. Salah satu bagian terpenting dari kedatangan Jepang sehingga
diterima oleh rakyat Indonesia adalah janjinya untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Namun kenyataannya, rakyat pribumi
nusantara mengalami kesengsaraan karena kerja paksa (romusha),
penyiksaan, serta kekurangan makan dan pakaian serta obat.
Hal positif, Jepang mendidik, melatih, memberi senjata kepada para
pejuang dan rakyat nusantara. Yang juga sangat penting, Jepang memberi
dukungan politik kepada para pejuang kemerdekaan dan terutama
kepada pimpinan para pejuang. Kondisi positif itu membuat kemampuan
para pejuang untuk melakukan proklamasi kemerdekaan nusantara
menuju Indonesia merdeka menjadi meningkat dan dengan keyakinan
sangat tinggi. Kemudian momentum untuk menyatakan proklamasi
85
dpr .go.id