Page 21 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 21
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
[Untuk membangkitkan patriotisme
semua orang Hindia terhadap Hindia yang telah
menghidupi mereka, untuk mendesak mereka
supaya bekerja sama berdasarkan kesetaraan
politik yang membawa perkembangan bagi tanah
air Hindia ini dan mempersiapkan rakyat yang
merdeka). 18
Tujuan organisasi tersebut adalah keinginan yang cukup besar
untuk memersatukan orang Hindia dan kalangan bumiputra, sehingga
dapat mengakhiri pemerasan yang dilakukan negeri Belanda dengan
prinsip kapitalisme.
Kebanyakan anggota Indische Partij adalah keturunan Indo ,
19
tetapi di antara mereka terdapat pula bangsa Bumiputra, seperti
Cipto Mangunkusumo (1886–1943), seorang dokter lulusan School
Tot Opleiding Indische Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Jawa,
dan Suwardi Suryaningrat kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar
Setelah setahun Dewantara (1889–1959), seorang keturunan keluarga Pakualam yang
Indische Partij sempat belajar di STOVIA dan kemudian aktif menjadi wartawan. 20
Setelah setahun Indische Partij berdiri, organisasi politik ini tidak
berdiri, organisasi juga mendapatkan izin dari pemerintah kolonial untuk diakui sebagai
politik ini tidak juga partai politik resmi. Menurut Pemerintah Hindia-Belanda, Indische
mendapatkan izin Partij sudah terlalu jauh berpropaganda menentang diskriminasi rasial
dari pemerintah dan memperjuangkan gagasan Hindia yang mandiri, lepas dari negeri
Belanda. Pada 4 Maret 1913, terbitlah surat dari Gubernur Jenderal
21
kolonial untuk diakui A.W.F. Idenburg yang ditujukan kepada Indische Partij. Isi surat itu adalah
sebagai partai penolakan gubernur jenderal terhadap anggaran dasar organisasi yang
politik resmi. diajukan untuk menjadikan Indische Partij sebagai organisasi politik
berbadan hukum (rechtspersoon). Penolakan tersebut disambut
22
oleh Indische Partij dengan mengajukan permohonan kembali pada 5
Maret 1913 agar dapat disahkan oleh pemerintah. Pemerintah Hindia-
Belanda kembali menolak permohonan itu dengan mengeluarkan
Gouvernements Besluit pada 11 Maret 1913 Nomer 1. 23
18 “Het Indische Beweging”, Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 7 Oktober 1913, hlm.
1
19 Indo adalah pengertian untuk menyebut orang keturunan dari ayah seorang Eropa dengan ibu
orang pribumi dapat pula sebaliknya, tetapi jumlahnya lebih sedikit.
20 Harry Poeze, 2014, Di Negeri Penjajah, Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia), hlm. 89
21 Ibid.
22 “Verboden”, Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 5 Maret 1913, hlm. 2
23 “Verboden”, Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 12 Maret 1913, hlm. 1
dpr.go.id 16
A BUKU SATU DPR 100 BAB 02A CETAK.indd 16 11/18/19 4:48 AM