Page 22 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 22

Volk sr aad 1918 – 1931



                                                         Pemerintah Hindia-Belanda menganggap Indische Partij
                                                   merupakan organisasi yang terlalu berbahaya bagi kelangsungan
                                                   pemerintahan kolonial yang ada. Hampir di setiap rapatnya, partai
                                                   ini mendapat penjagaan dan pengawasan yang ketat oleh polisi dan
                                                   jaksa. Para pegawai pemerintah yang menjadi anggota Indische Partij
                                                   pun diperingatkan. Bahkan, terdapat beberapa perusahaan memecat
                                                   pegawai mereka karena menjadi anggota Indische Partij. Dalam jangka
                                                   waktu satu hingga dua tahun dari sikap keras pemerinta kolonial
                                                   ini, jumlah keanggotaan Indische Partij turun menjadi hanya 700

                   Meskipun Indische               orang dari sekitar 4,000 anggota sebelumnya, dengan catatan bahwa
                     Partij tidak diakui           keanggotaan tersebut bersifat rahasia, dalam arti para pendukung
                                                   partai mendaftarkan diri mereka sebagai anggota secara diam-diam.
                                                                                                                 24
                    sebagai organisasi                   Meskipun Indische Partij tidak diakui sebagai organisasi resmi,
                        resmi, Douwes              Douwes Dekker dan rekan-rekannya tetap menyuarakan gagasan dan

                   Dekker dan rekan-               kritik terhadap pemerintah. Salah satunya adalah ketika Pemerintah
                        rekannya tetap             Hindia-Belanda berencana untuk merayakan 100 tahun bebasnya
                                                   negeri Belanda dari Prancis pada 1813. Perayaan kemerdekaan itu
                         menyuarakan               direncanakan akan dilaksanakan pada bulan November 1913.
                           gagasan dan                   Berdasarkan berita Tjahaja Timoer, di Malang, dibentuk panitia

                         kritik terhadap           bagi perayaan kemerdekaan tersebut untuk memungut sejumlah uang
                            pemerintah.            dari rakyat. Demikian pula di Batavia, menurut Pantjaran Warta, juga
                                                   dibentuk panitia serupa, sementara di Buitenzorg, asisten-residen
                                                   sendiri mengepalai panitia perayaan kemerdekaan tersebut.
                                                         Untuk mengimbangi panitiaan perayaan kemerdekaan tersebut,
                                                   maka dibentuklah sebuah panitia di Bandung dengan nama Comite
                                                   Boemi Poetra yang diketuai oleh Cipto Mangunkusumo, dengan
                                                   Suwardi Surjaningrat sebagai sekretaris, serta Abdul Muis dan A.
                                                   Wignyadisastra sebagai anggota. Tujuan dari pembentukan komite
                                                   tersebut adalah:
                                                         1.   Mencabut Pasal 111 Regering Reglement yang memuat bahwa
                                                            perkumpulan-perkumpulan atau persidangan-persidangan
                                                            yang membicarakan soal pemerintahan (politik) atau
                                                            membahayakan umum dilarang di Hindia-Belanda
                                                         2.  Membentuk parlemen/majelis perwakilan rakyat sejati
                                                         3.  Adanya kebebasan berpendapat di tanah jajahan 25





                                                   24   “Sarekat Islam en Indische Partij”, Algemeen Handelsblad, 2 Juli 1913, hlm. 2
                                                   25  E.F.E. Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan R.M. Soewardi Soerjaningrat, 1913, Onze
                                                      Verbanning Schiedam: De Indier-Drukkerij ‘De Toekomst’.




                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   17
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         A BUKU SATU DPR 100 BAB 02A CETAK.indd   17                                                               11/18/19   4:48 AM
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27