Page 416 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 416

K omite Nasional  Indonesia Pusa t
                                                                                                       1945 – 1949


                                                   Sumatera, Teuku Mohammad Hasan, yang dianggap sebagai diktator di
                                                   wilayah itu. BP KNIP mengritik tindakan pemerintah itu karena biaya
                                                   membagi Sumatera menjadi tiga wilayah administratif akan amat besar.
                                                   Selain itu, diperlukan juga tenaga ahli yang lebih banyak lagi untuk
                                                   menjalankan pemerintahan di Sumatera. Menanggapi kritik BP KNIP,
                                                   pemerintah menyanggah dengan mengatakan bahwa pembagian itu
                                                   dilandasi oleh kebutuhan perimbangan tugas, yaitu suatu usaha untuk
                                                   melancarkan hubungan antara pemerintah pusat dengan bagian-
                                                   bagian di Sumatera. Pada akhirnya, BP KNIP menyetujui pembagian

                         Agresi Militer            Sumatera menjadi tiga wilayah administratif.
                             Belanda II,           5.7.8 KNIP di antara Agresi Militer

                         yang dimulai              Belanda II dan Pembentukan RIS
                         pada tanggal                    Agresi  Militer  Belanda  II,  yang  dimulai  pada tanggal  19

                         19 Desember               Desember 1948, membuat pemerintahan RI di Yogyakarta tidak
                      1948, membuat                berfungsi. Belanda menahan para petinggi RI yang berada di ibukota
                                                   Yogyakarta, termasuk Presiden Soekarno, Wakil Presiden merangkap
                        pemerintahan
                                                   PM Hatta, dan juga Ketua BP KNIP Mr. Assaat. Untuk meneruskan
                     RI di Yogyakarta              pemerintahan, RI mengirimkan telegram kepada pejabat-pejabat RI

                      tidak berfungsi.             yang sedang berada di Bukit Tinggi, Sumatera Barat untuk menjalankan
                                                   Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dibawah pimpinan
                                                   Menteri Kemakmuran RI Syafruddin Prawiranegara. Di medan perang,
                                                   pertempuran terus terjadi antara pihak Indonesia melawan Belanda.
                                                   Korban-korban berjatuhan akibat Agresi Belanda ini, termasuk
                                                   mantan Ketua KNIP Supeno yang tewas ditembak tentara Belanda
                                                   pada bulan Januari 1949.  Konsolidasi para diplomat dan pemimpin-
                                                   pemimpin RI dilakukan, termasuk Mr. Mohammad Rum dan delegasi
                                                   RI di PBB, PM Hatta di penahanan di Bangka, dan Pejabat Presiden
                                                   Syafruddin Prawiranegara di Bukit Tinggi guna mendesak pemimpin-
                                                   pemimpin internasional untuk mengambil sikap terhadap tindakan
                                                   Belanda kepada RI. Hasilnya, tanggal 7 Mei 1949, lima bulan setelah
                                                   agresi Belanda ke Yogyakarta, tercapailah Persetujuan Rum-Royen.
                                                   Para  pemimpin RI segera dibebaskan oleh  Belanda, sedangkan
                                                   pemerintahan dikembalikan kepada PM Hatta dari PDRI. Dalam sejarah
                                                   BP KNIP, periode ini adalah fase eksistensinya yang terakhir. Tantangan
                                                   BP KNIP pada saat itu adalah untuk menemukan cara yang tepat dalam
                                                   meredam gejolak yang timbul pasca Agresi Militer Belanda II, serta
                                                   mempersiapkan pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS).






                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   415
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         A BUKU SATU DPR 100 BAB 05 CETAK.indd   415                                                               11/18/19   4:53 AM
   411   412   413   414   415   416   417   418   419   420   421