Page 417 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 417

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   5.8   Sidang-Sidang dan Pembahasan
                                                   dalam BP KNIP pada Tahun 1949

                                                   5.8.1 Sidang BP KNIP yang pertama pada
                                                   tahun 1949

                                                         Pada tanggal 19–20 Juli 1949 di Yogyakarta, BP KNIP memulai
                                                   sidang pertamanya. Kembalinya BP KNIP dalam menjalankan tugasnya
                                                   turut berarti bahwa kehidupan demokrasi di RI semakin pulih pasca
                                                   Agresi Militer Belanda II usai. Hal ini dapat dilihat dari perhatian
                                                   jajaran pemerintah terkait sidang perdana BP KNIP ini. Presiden
                                                   Soekarno, PM Hatta, seluruh menteri pada Kabinet Hatta, serta para
                                                   pejabat sipil dan militer RI turut menghadiri sidang. Turut hadir
                                                   pula Wakil Ketua Parlemen Negara Indonesia Timur (NIT) sebagai
                                                   peninjau sidang.  Dalam sidang ini, PM Hatta memberikan keterangan
                                                                  659
                                                   bahwa perundingan antara RI dengan Belanda semakin bergerak ke
                                                   arah yang positif. Menurut Hatta, Perjanjian Rum-Royen juga lebih
                                                   menguntungkan bagi RI, jika dibandingkan dengan Perjanjian Renville.
                                                   PM Hatta menghimbau BP KNIP untuk memperkokoh persatuan rakyat
                                                   dengan turut membantu melaksanakan politik pemerintah.
                                                         Dikembalikannya pemerintahan RI di Yogyakarta adalah langkah
                                                   awal untuk mewujudkan kedaulatan Indonesia dalam RIS, yaitu suatu
                                                   pemerintahan sementara sebelum tercapainya kesatuan Republik
                                                   Indonesia. Hatta juga menyampaikan prinsip dasar politik RI dalam
                                                   masa perjuangan, yaitu: “Politik luar negeri yang damai, dan politik
                                                   dalam negeri yang dalam menegakkannya perlu didasarkan pada
                                                   kekuatan, tenaga, dan kecakapan tentara dalam menangkis serangan
                    Dikembalikannya                pihak asing.” 660  Setelah pidato dari PM Hatta, pihak pemerintah

                        pemerintahan               yang memberikan keterangannya adalah Syafruddin Prawiranegara
                      RI di Yogyakarta             mengenai kegiatan PDRI di Sumatera, serta Susanto Tirtoprojo,
                                                   Komisaris Pemerintah di Jawa, yang memberikan keterangan tentang
                       adalah langkah              pemerintahan di Pulau Jawa.
                            awal untuk                   Selanjutnya, sidang BP KNIP menyampaikan pandangan

                         mewujudkan                umum atas keterangan pemerintah, di mana akhirnya BP KNIP
                            kedaulatan             mendukung dan menyetujui tindakan-tindakan yang diambil oleh

                     Indonesia dalam
                                                   659  Kehadiran wakil parlemen NIT dalam rapat BP KNIP pertama menjelaskan kedekatan RI dengan
                                    RIS, ...          NIT, khususnya sejak diadakan pertemuan Musyawarah Federal pada tanggal 3–4 Maret 1949.
                                                      Dalam Musyawarah Federal, NIT mendukung pendirian dan kedudukan RI di Yogyakarta,
                                                      serta turut berupaya untuk segera diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB), sebagai satu
                                                      perundingan ke arah pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). (Lihat: Ide Anak Agung Gde
                                                      Agung, 1985, Dari Negara Indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat (Yogyakarta, Gadjah
                                                      Mada University Press), hlm. 568-569
                                                   660  Warta Indonesia, 20 Juli 1949 dalam Deliar Noer dan Akbarsyah, 2005, Op.Cit., hlm. 227




                                       dpr.go.id   416





         A BUKU SATU DPR 100 BAB 05 CETAK.indd   416                                                               11/18/19   4:53 AM
   412   413   414   415   416   417   418   419   420   421   422