Page 64 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 64
Volk sr aad 1918 – 1931
Instituut Pasteur; K untuk Karang Anyar, Kiesrecht (hak pilih), Klacht
(keluhan), dan Kudus; L untuk Landbouwbedrijf (tanah pertanian);
M untuk Militie (milisi); N untuk Natuurkundig Examen (Ujian Ilmu
Alam); O untuk Onderwijs (pendidikan), Ontslag (pemecatan), dan
Overwerkgelden (uang lembur); P untuk Pandhuizen (rumah gadai),
Particulaire Landerijen (lahan partikelir), Passerloodsen (gudang pasar),
dan Positieverbetering (perbaikan positif); R untuk Regeeringsreglement
(peraturan pemerintah) dan Reisroute (rute perjalanan); S untuk
Schadeloosstelling (kompensasi/ganti rugi), dan Sneevliet; T untuk
Telegrafie (telegraf); V untuk Vereeniging en Vergadering (perhimpunan
dan rapat), Verpleegkosten (biaya perawatan), Verzoekschriften (surat
permohonan), Vezelfabriek (pabrik serat), dan Vrije Vrijdag (libur di
hari Jumat); W untuk Weduwen-en Wezenfonds (dana para janda dan
yatim piatu) dan Wegaanleg (pembangunan jalan). Dapat dikatakan
119
masalah yang diajukan sangat beragam, mulai dari pertanian, pajak,
perusahaan pemerintah, heerendiensten (kerja wajib), imigran, hak pilih,
pendidikan, peraturan pemerintah, transportasi, hingga kesehatan. 120
Meskipun di dalam Volksraad telah ada wakil-wakil dari
masyarakat Bumiputra, tetapi suara ketidakpuasan di kalangan mereka
masih muncul. Rasa tidak puas tersebut muncul oleh karena fungsi
dari Volksraad yang hingga saat itu hanya berperan sebagai lembaga
pemberi nasihat bagi Pemerintah Kolonial. Seperti yang diungkapkan
dalam surat kabar berbahasa Sunda, Padjajaran, edisi 2 Agustus 1919:
“Mr. Fock adalah salah satu kaum liberal, ia
Meskipun di merasa heran bahwa semua yang dimusyawarahkan
dalam Volksraad dan diputuskan ada dalam Volksraad di Hindia
telah ada wakil- Belanda. Menurutnya, ini adalah salah satu
jalan untuk orang Hindia Belanda mengurus
wakil dari pemerintahan. Rupanya pujian ini hanyalah kedok
masyarakat belaka karena buktinya sekarang orang Pribumi
Bumiputra, cukup diberi majelis yang hanya bisa memberi
tetapi suara nasihat saja.”
ketidakpuasan di Padjajaran pun berkomentar bahwa Volksraad masih dianggap
kalangan mereka tidak penting di Belanda. Ketua Volksraad Mr. Dr. W.M.G. Schumann
masih muncul. mengatakan bahwa Hindia-Belanda dianggap oleh Belanda sebagai
119 Handelingen van den Volksraad, De Tweede Gewone Zitting 1918-1919, Bijlage, hlm. 15-25
120 Ibid.
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 59
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
A BUKU SATU DPR 100 BAB 02A CETAK.indd 59 11/18/19 4:48 AM