Page 148 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 148

V OLK SR AAD PERIODE 1931 – 1942



                                                  langsung atau yang diangkat atau ditunjuk oleh Presiden di Majelis
                                                  Permusyawaratan  Rakyat.  DPR  sebagai  wakil  rakyat,  dan  utusan
                                                  dari daerah-daerah sebagai wakil daerah, keduanya harus dipilih
                                                  langsung oleh rakyat dalam pemilihan umum. Sementara itu, utusan
                                                  dari golongan-golongan (fungsional) dapat melalui pemilihan, tetapi
                                                  melihat perkembangan pembicaraan para anggota-anggota peserta,
                                                  PPKI menyetujui diangkat atau ditunjuk langsung oleh Presiden.
                                                       Antara diangkat dengan ditunjuk harus dibedakan secara jelas.
                                                  Kata ”diangkat” adalah atas usul golongan-golongan untuk ditetapkan
                                                  oleh Presiden, sedangkan ”ditunjuk” adalah atas prakarsa Presiden,
                                                  tanpa usul dari golongan. Jumlah keanggotaan dari tiap-tiap unsur,
                                                  baik dalam batang tubuh maupun pada penjelasan UUD 1945, tidak
                                                  ditentukan. Sementara itu, dalam praktiknya pun selalu berubah-ubah,
                                                  tidak menentu, dan bahkan kadang kala terlalu mencolok. Mencolok
                                                  karena jumlah anggota MPR ditentukan dua kali lipat jumlah anggota
                                                  DPR.
                                                       Dalam hal ini, UUD 1945 hanya menyebut: MPR terdiri atas
                                                  anggota-anggota DPR, ditambah dengan utusandari daerah dan
                                                  golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.
                                                  Di sini terlihat bahwa pembentuk UUD mempercayakan kepada
                                                  Presiden dan DPR untuk menentukan jumlah anggota MPR serta
                                                  perbandingannya dengan DPR, utusan daerah, atau utusan golongan.
                                                       Menurut penulis, walaupun penentuan jumlah keanggotaan MPR
                                                  diserahkan kepada Presiden bersama DPR, pembentuk undang-undang
                                                  harus memperhatikan persyaratan yang diberikan oleh penjelasan
                                                  UUD 1945, yaitu “sehingga Majelis itu akan betul-betul dianggap
                                                  sebagai penjclmaan rakyat”. Kata “ditambah” di belakang kata DPR
                                                  sebagaimana disebut dalam pasal 2 ayat (1) UUD 1945 tidak bisa lain
                                                  berarti bahwa kedua Utusan Daerah dan Utusan Golongan adalah
                       Dalam hal ini,             dalam rangka melengkapi keanggotaan DPR saja.  Dengan demikian,
                                                                                              184
                   UUD 1945 hanya                 anggota MPR dari kedua utusan dari daerah dan golongansebagai
                    menyebut: MPR                 pelengkap sehingga Majelis betul-betul sebagai penjelmaan seluruh
                                                                                                               185
               terdiri atas anggota-              rakyat Indonesia (Vertreling. sorgan des Willensdes Staatsvolkes.
                       anggota DPR,               Sebagai penjelmaan seluruh rakyat, MPR merupakan suatu Majelis
                                                  Permusyawaratan yang mencerminkan kehendak rakyat karena
                  ditambah dengan                 seluruh lapisan dan golongan rakyat akan diwakili dalam badan
                  utusandari daerah               tersebut, yang melaksanakan kedaulatan atas nama rakyat seluruh

                      dan golongan,               Indonesia.
                                                  184  Harmaily Ibrahim.MPR Suatu Tinjauan dari Sudut Hukum Tata Negara, Jakarta: Sinar Bakti, 1979.
                                                    hal. 17
                                                  185  Lihatlah penjelasan UUD 1945 pada Sistem Pemerintahan No. III.




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   143
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153