Page 146 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 146

V OLK SR AAD PERIODE 1931 – 1942



                                                  daerah yang lain pasti mempunyai kepentingan, mata pencaharian,
                                                  dan subkultur yang berbeda. Aceh dan Yogyakarta merupakan Daerah
                                                  Istimewa, tetapi mempunyai kekhususan masing-masing karena latar
                                                  belakang sejarah lahirnya DI Aceh dengan DI Yogyakarta berbeda. .
                                                  Mungkin Sumatera Utara memberikan perhatian kepada peningkatan
                                                  hasil produksi pertanian, sedangkan daerah-daerah Sulawesi dan Irian
                                                  Jaya mempunyai sarana perhubungan yang tidak lancar. kepentingan
                                                  pariwisata di Bali adalah juga berlainan dengan maksud pariwisata di
                                                  DKI Jakarta yang kini sedang digalakkan, demikian seterusnya terhadap
                                                  daerah-daerah lainnya. Karena kepentingan dan kebutuhan yang tidak
                                                  sama tersebut, perlu adanya utusan dari daerah-daerah yang oleh
                                                  penulis menyebutnya wakil daerah, bukan wakil rakyat (wakil rakyat
                                                  sudah ada pada DPR).
                                                       Berapa jumlah ideal yang mewakili daerah-daerah tersebut di
                                                  MPR? Tidak perlu banyak, mungkin seorang atau dua orang saja sudah
                            Kemudian              cukup dari setiap daerah provinsi. Sebagai utusan yang mewakili

                          pembentuk               daerah provinsi, jumlah wakil setiap daerah harus sama. Jika utusan
                                                  dari daerah provinsi A hanya dua orang, haruslah demikian halnya
                            UUD 1945
                                                  dari daerah provinsi B, demikian pula utusan dari daerah provinsi
                  berpendapat agar                C, dan seterusnya. Bagaimana cara pengisian wakil daerah di MPR?

                    MPR merupakan                 UUD 1945 hanya menyerahkan kepada pembentuk undang-undang.

                              lembaga             Dalam pembicaraan-pembicaraan yang terjadi di Panitia Persiapan
                                                  Kemerdekaan Indonesia Anggota Panitia, anggota panitia berkeinginan
                 penjelmaan rakyat
                                                  agar Dewan Perwakilan Rakyat langsung dipilih oleh rakyat, kecuali
                     sehingga selain              anggota Hatta yang menyatakan utusan dari golongan (organis) tidak

                    wakil rakyat dan              dapat dipilih langsung. Ini berarti baik anggota DPR maupun utusan

                         wakil daerah             yang mewakili daerah-daerah harus dipilih langsung oleh rakyat.
                                                       Kemudian pembentuk UUD 1945 berpendapat agar MPR
                                                  merupakan lembaga penjelmaan rakyat sehingga selain wakil rakyat
                                                  dan wakil daerah, juga diikutkan wakil golongan fungsional di tubuh
                                                  MPR. Maksudnya ialah supaya seluruh rakyat, seluruh golongan,
                                                  seluruh daerah akan mempunyai wakil dalam majelis, sehingga majelis
                                                  itu  akan  betul-betul  dapat dianggap  sebagai  penjelmaan  rakyat.
                                                  Dalam kenyataannya, golongan-golongan fungsional terdapat dalam
                                                  masyarakat, yang sudah tentu setiap golongan mempunyai kepentingan
                                                  masing-masing, yang nantinya harus tersalurkan di MPR. Golongan-
                                                  golongan fungsional selalu berkembang sesuai dengan zamannya, dan
                                                  jumlahnya berbeda satu dengan yang lain. Karena banyaknya jumlah
                                                  golongan fungsional dalam masyarakat, timbul persoalan: golongan





                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   141
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151