Page 20 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 20

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN



                                                       Dikeluarkannya Penetapan Presiden No. 3 tahun 1960
                                                  mengakibatkan segala tugas dan pekerjaan anggota DPR hasil
                                                  pemilu 1955 dihentikan. Penpres No. 3 mulai berlaku sejak tanggal 5
                                                  Maret 1960.  Presiden Soekarno, menindaklanjuti pembubaran DPR
                                                  hasil pemilu 1955 dengan mengeluarkan Penetapan Presiden No 4
                                                  tahun 1960 yang mengatur tentang susunan dan komposisi Dewan
                                                  Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). DPR-GR ditetapkan
                                                  Presiden Soekarno sebagai pengganti DPR hasil pemilu 1955. DPR GR
                                                  dilantik di Istana Negara pada tanggal 25 Juni 1960 dengan amanat
                                                  Presiden. Hal tersebut menandakan bahwa DPR-GR merupakan “tool”
                    DPR GR dilantik               pemerintah dan siap digantikan kapan pun.
                                                                                          18
                   di Istana Negara                    Para anggota DPR-GR ditunjuk oleh Presiden Soekarno dengan
                                                  tidak lagi memperhatikan perimbangan kekuatan partai politik
                    pada tanggal 25               atau organisasi hasil pemilu 1955, namun berdasarkan golongan
                 Juni 1960 dengan                 yaitu kalangan Nasionalis, Islam, Komunis, Kristen, Katolik, dan

                  amanat Presiden.                golongan fungsional. Oleh karena itu, anggota DPR-GR terdiri atas
                                                  dua kelompok besar, yaitu partai dan golongan fungsional. Anggota
                         Hal tersebut             DPR-GR sebanyak 283 orang dengan perincian: 130 orang anggota

                        menandakan                berdasarkan kepartaian, sedangkan 153 berdasarkan golongan
                    bahwa DPR-GR                  fungsional yang terdiri atas angkatan darat, angkatan laut, angkatan
                                                  udara, kepolisian negara, buruh, tani, tokoh Islam, pemuda, wanita,
                  merupakan “tool”                dan cendikiawan. Tugas utama anggota DPR-GR adalah melaksanakan
                    pemerintah dan                Manipol, merealisasikan amanat penderitaan rakyat dan melaksanakan

                     siap digantikan              Demokrasi Terpimpin.
                                                       Sikap Presiden Soekarno yang membubarkan DPR dan
                          kapan pun.              membentuk DPR-GR memunculkan reaksi dari berbagai pihak.

                                                  Kelompok ini membentuk Liga Demokrasi yang dipimpin oleh Imron
                                                  Rosyadi dari NU. Liga Demokrasi ini didukung oleh tokoh-tokoh yang
                                                  mewakili beberapa partai politik seperti NU, Partai Katolik, partai
                                                  Masyumi, Partindo, IP-KI, dan PSI. Selain itu, juga datang reaksi dari
                                                  perorangan di antaranya dari Mr Sartono sebagai mantan Ketua DPR
                                                  hasil pemilu 1955 dan juga dari Ishaq Tjokroadisurjo yang merupakan
                                                  tokoh PNI. Selain kedua tokoh tersebut, juga datang penolakan dari
                                                  Sutomo (Bung Tomo) dari Partai Rakyat Indonesia, yang mengirinkan
                                                  surat kepada Mahkamah Agung pada 22 Juni 1960 terkait dengan
                                                  tindakan kabinet yang dipimpin Soekarno yang melakukan pelanggaran
                                                  terhadap UUD 1945 dan pembubaran Parlemen Indonesia hasil
                                                  pemilihan umum 1955.  19


                                                  18   Anhar Gonggong, Musa Asy’ari (eds),   60 tahun Sketsa Perjalanan Bangsa Berdemokrasi, Jakarta:
                                                     Kominfo, 2005. Hlm.77-78.
                                                  19    Anhar Gonggong, Musa Asy’ari (eds),   60 tahun Sketsa Perjalanan Bangsa Berdemokrasi, Jakarta:
                                                     Kominfo, 2005. Hlm.77-78.




                                     dpr.go.id   12
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25