Page 25 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 25

D ARI DPR HA SIL  PEMIL U 1955
                                                                                                      KE DPR -GR



                                                  2.1. DPR pada Masa Transisi Demokrasi
                                                  Parlementer - Terpimpin

                                                       Setelah bekerja selama empat tahun (terhitung sejak dilantik
                                                  pada tanggal 20 Maret 1956), DPR hasil Pemilu 1955 akhirnya
                                                  mengakhiri tugas saat Presiden Soekarno melalui Penetapan
                                                  Presiden (Pen-Pres) nomor 3 tahun 1960 menyatakan dihentikannya
                                                  kegiatan lembaga negara ini, yang berlaku secara efektif sejak
                                                  tanggal 5 Maret 1960.
                                                       Pembubaran DPR yang telah dibentuk secara legal konstitusional
                                                  ini sesungguhnya merupakan akumulasi dari konteks peristiwa masa
                                                  itu, seiring terpusatnya kekuasaan pada figur Presiden Soekarno
                                                  dan hiruk pikuk kondisi kepartaian dengan segala konsekuensinya,
                                                  peristiwa mana bisa ditarik hingga ke beberapa tahun sebelumnya.
                                                       Selama rentang hanya tiga tahun kiprah DPR hasil Pemilu I
                                                  hingga Dekrit Presiden (1956—1959), paling tidak—dengan mengacu
                                                  pada pemberitaan media massa—terdapat tiga tema pemberitaan
                                                  yang  berkait  dengan  peran  yang  dilakukan DPR sesuai  tugasnya
                                                  pada saat itu yang menjadi sorotan berita berkelanjutan, serta turut
                                                  melatarbelakangi masa transisi Demokrasi Parlementer ke Demokrasi
                                                  Terpimpin (1959 – 1960). Pertama, konsepsi presiden dan usulan
                                                  Demokrasi Terpimpin Soekarno; kedua, pengesahan berbagai Rencana
                                                  Undang-Undang (RUU) dengan segala dinamikanya; serta ketiga,
                                                  peristiwa spesifik pengunduran diri Mohammad Hatta dari kursi wakil
              Menurutnya, bangsa                  presiden dan hubungan dwitunggalnya dengan Soekarno.
                                                       Tanggal 28 Oktober 1956, Soekarno dalam pidatonya di depan
                  Indonesia saat itu              pertemuan wakil-wakil pemuda dari semua partai politik menyatakan
                     terpecah-belah               bahwa kondisi nasional yang tengah berlangsung telah bertentangan

                  bukan hanya oleh                dengan makna Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Menurutnya, bangsa
                 rasa kesukuan dan                Indonesia saat itu terpecah-belah bukan hanya oleh rasa kesukuan
                                                  dan kedaerahan, tetapi oleh kepartaian yang menjadi penyakit yang
                 kedaerahan, tetapi               lebih hebat dari rasa kesukuan dan kedaerahan. Dua hari setelahnya,
              oleh kepartaian yang                Soekarno menyarankan agar para pemimpin partai politik berunding

                   menjadi penyakit               dan memutuskan bersama-sama mengubur partai-partai politik. Ia
             yang lebih hebat dari                juga menyatakan sudah memiliki konsepsi yang akan diberikan jika
                                                  diminta.
                                                         21
                 rasa kesukuan dan                     Bukan saja Soekarno, beberapa hari sebelum dia menyampaikan
                         kedaerahan.              pidatonya, Wakil Presiden, Mohammad Hatta, sebenarnya pernah



                                                  21   Duta Masyarakat, 29, 30 dan 1 November 1956




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   19
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30