Page 30 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 30

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN



                                                  prinsip yang akhirnya diajukan untuk dilakukan pemungutan suara.
                                                  Usulan yang menghendaki Ketua DPR menjadi pejabat presiden
                                                  disetujui dengan suara 143 mendukung dan 32 menolak. Sementara
                                                  itu, usul untuk membentuk Majelis Perwakilan ditolak 128 suara
                                                  dan hanya didukung 27 suara, serta suara yang menghendaki Ketua
                                                  Konstituante sebagai pejabat presiden ditolak oleh 129 suara melawan
                                                  36 suara mendukung. 35
                                                       Mundurnya Hatta juga tidak berarti DPR segera menghentikan
                                                  upaya untuk “menyatukan” kembali kedua tokoh proklamator tersebut.
                                                  Dua usul resolusi pernah diajukan oleh Asrarudin tentang “Realisasi
                                                  Pemulihan Kerjasama Dwi Tunggal Soekarno-Hatta” dan oleh Memet
                                                  Tanumijaya tentang “Pembentukan Panitia Ad Hoc untuk Mencari
                                                  Bentuk Kerjasama Soekarno-Hatta”. Usul resolusi yang pertama
                                                  kemudian ditarik kembali oleh pengusulnya karena dinilai telah
                                                  tertampung dalam usulan resolusi kedua yang lebih luas. Usulan
                                                  Memet Tanumijaya akhirnya diterima secara aklamasi oleh DPR pada
                                                  bulan November 1957.
                                                       Oleh karena itu, satu tahun setelah DPR menerima keputusan
                          Mundurnya               pengunduran diri Hatta dari kursi wakil presiden, DPR membentuk

                    Hatta juga tidak              panitia ad hoc parlemen beranggotakan 9 orang yang bertujuan mencari
                 berarti DPR segera               bentuk realisasi kerja sama dwitunggal Soekarno Hatta, yang disetujui
                                                  semua fraksi di parlemen kecuali Acoma, dengan perbandingan suara
                      menghentikan                119 suara anggota menyetujui dan hanya 1 suara menolak. Mengenai
                         upaya untuk              penolakannya, Ibnu Parna dari Acoma beralasan bahwa “ada atau tidak

                       “menyatukan”               adanya kerjasama dwitunggal, tetap sama-sama tidak ada gunanya”. 36
                                                       Setengah bulan bekerja, Panitia 9 DPR yang beranggotakan
                      kembali kedua               Ahem Erningpraja (Ketua), Anwar Cokroaminoto, Achmad Syaichu,

                 tokoh proklamator                Memet Tanumijaya, Asrarudin, Katamsi Sutisna Senjaya, M. Siregar,
                              tersebut.           Anwar Haryono dan I.J.Kasimo, melaporkan bahwa mereka belum
                                                  bisa menetapkan bagaimana bentuk kerja sama Soekarno-Hatta yang
                                                  akan diterapkan, meskipun telah melakukan pembicaraan dengan
                                                  wakil-wakil partai politik dan organisasi di DPR. Akan tetapi, panitia 9
                                                  setidaknya telah menemukan empat pendirian politik berkait dengan
                                                  hal ini. Pertama, pihak-pihak yang diajak bicara setuju dengan adanya
                                                  kerja sama; kedua, Hatta kembali dijadikan wakil presiden; ketiga,
                                                  menyetujui  pembentukan  kabinet  presidentil  dan  zaken  kabinet
                                                  dengan Hatta sebagai perdana menteri; keempat menyetujui hanya


                                                  35   Bintang Timur, 18 September 1957, hlm. 1
                                                  36   Bintang Timur, 30 November 1957, hlm. 1




                                     dpr.go.id   24
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35