Page 32 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 32

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN



                                                  presiden kurang atau tidak menghargai DPR pilihan rakyat.  Dewan
                                                                                                         38
                                                  Nasional akhirnya benar-benar terbentuk pada tanggal 11 Juli 1957 dan
                                                  langsung diketuai Soekarno. Tugasnya baru berakhir sesudah diganti
                                                  Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) yang dibentuk pada
                                                  tanggal 22 Juli 1959 dan juga diketuai oleh Soekarno.
                                                       Seiring tanggapan pro dan kontra berbagai pihak terhadap
                                                  Konsepsi Presiden ini, krisis di daerah makin berlangsung dalam
                                                  skala yang semakin meluas. Keadaan yang memburuk menyebabkan
                                                  Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo mengembalikan mandat kepada
                                                  Presiden Soekarno, yang segera memberlakukan status SOB (negara
                                                  dalam keadaan bahaya) dan membentuk kabinet baru dipimpin politisi
                                                  nonpartai Juanda Kartawidjaja. Pemerintahan baru tersebut, meskipun
                                                  bersifat nonpartai, pada hakikatnya tetap merupakan kabinet koalisi
                                                  partai-partai. Tidak ada satu pun anggota PKI di dalamnya. Sementara
                                                  itu, Masyumi secara organisasi melarang anggotanya turut serta
                                                  dalam kabinet dengan alasan prosedur yang ditempuh Presiden dalam
                                                  membentuk kabinet secara mutlak bertentangan dengan UUD dan
                                                  tidak dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, pembentukan kabinet

                               Seiring            “secara mutlak” dalam keadaan bahaya dinilai bertentangan dengan
                                                  undang-undang keadaan bahaya itu sendiri. Namun demikian, dua
                     tanggapan pro
                                                  anggota Masyumi sempat menjadi anggota kabinet, tetapi keduanya
              dan kontra berbagai                 segera berhenti dari keanggotaan Masyumi karena menerima
                    pihak terhadap                kedudukan tersebut. Satu orang dikeluarkan, satunya lagi keluar atas
                                                                39
                Konsepsi Presiden                 inisiatif sendiri.  Soekarno dan Juanda memang mengatakan bahwa
                                                  kabinet masih tetap bertanggung jawab kepada DPR dan partai-partai
                ini, krisis di daerah
                                                  yang terlibat di dalamnya juga merupakan mayoritas di dalam DPR.
               makin berlangsung                  Akan tetapi, sebagaimana ditulis Ricklefs, rasa saling bermusuhan
                 dalam skala yang                 antara partai-partai politik telah terlihat terlalu berat bagi mereka

                  semakin meluas.                 untuk bekerja sama dalam mempertahankan sistem parlementer.
                                                  Selain itu, apa yang terjadi ini tidak lebih daripada suatu isyarat bagi
                                                  suatu sistem yang mendekati ajalnya. 40
                                                       Berkait dengan status SOB negara, sebagai tindak lanjut dari
                                                  pengumuman keadaan darurat tersebut, pemerintah lalu mengajukan
                                                  RUU Keadaan Bahaya ke DPR. Dalam rapat pleno pembahasan RUU
                                                  ini, terdapat tiga prinsip yang dipersoalkan DPR yang kesemuanya
                                                  terkandung dalam pasal satu, yaitu: (1) mekanisme menyatakan keadaan


                                                  38  , M. Isa Anshary, “Musyawarah Nasional”. Daulah Islamiyah, no.9. tahun 1, September 1957
                                                  39  Noer, Deliar. Partai-Partai Islam Di Pentas Nasional 1945 -1965. Jakarta, PT. Pustaka Utama
                                                    Grafiti, 1987, hlm. 363-364
                                                  40  Ricklefs, Op. Cit., 537




                                     dpr.go.id   26
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37