Page 26 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 26

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN



                                                  menyinggung  “pertengkaran”  yang berlangsung  dalam  politik
                                                  kepartaian. Bagi Hatta, pertengkaran dalam soal-soal politik menjadi
                                                  penghambat pembangunan. Oleh karena itu, Hatta mengajak
                                                  masyarakat agar “…jangan suka memperhatikan percekcokan politik
                                                  yang timbul, tetapi mulai sajalah bekerja membangun negara…”.
                                                                                                                22
                                                  Lebih lanjut, beberapa minggu kemudian, Mohammad Hatta bahkan
                                                  menyatakan bahwa pemilihan umum tahun 1955 telah memperbesar
                                                  perpecahan dan menyebabkan pemerintahan menjadi terlampau
                                                  Jakarta Sentris.
                                                                23
                                                       Disebabkan oleh usul dalam pidato Soekarno yang mengajak
                                                  agar partai-partai membubarkan diri, partai-partai yang merupakan
                                                  representasi kekuatan politik di DPR segera saja bereaksi, tentu dengan
                                                  suara beragam. Masyumi, terang-terangan menolak. Partai Murba,
                                                  yang hanya mempunyai kemungkinan kecil untuk dapat mencapai
                                                  kekuasaan dalam sistem parlementer, memuji gagasan Soekarno dan
                                                  membuat ikatan yang lebih erat dengan Presiden. PKI, yang terutama
                                                  mencari perlindungan, mendukung Presiden tetapi dengan tetap
                                                  berharap bahwa partai-partai politik tidak dihapuskan. Sementara

                   Disebabkan oleh                itu, NU dan PNI, yang tertarik pada gagasan Soekarno, tetapi akan
                 usul dalam pidato                menderita banyak kerugian jika sistem parlementer dihapuskan,
                                                  bersikap mendua.
                                                                  24
                     Soekarno yang                      Tajuk Rencana Suluh Indonesia, misalnya, menulis tentang
                     mengajak agar                kekecewaan banyak pihak, khususnya orang-orang partai, terhadap

                         partai-partai            usulan presiden untuk mengubur partai-partai. Namun di sisi lain,
                      membubarkan                 tulisan dalam koran corong PNI ini menyatakan pula kegembiraan
                                                  karena presiden telah memiliki konsepsi yang akan dipadukan dengan
                   diri, partai-partai            pendapat golongan lain, dengan tetap berharap partai-partai menjadi

                   yang merupakan                 pihak yang mendapat kesempatan pertama diajak bicara. 25

            representasi kekuatan                      Akan tetapi, “kehebohan” mengenai keberadaan dan pembubaran
              politik di DPR segera               partai politik ini nyatanya tetap tidak mempengaruhi pelaksanaan
                                                  sidang-sidang di DPR. PPara wakil rakyat di DPR, satu masa dengan
                        saja bereaksi             Soekarno mengajukan usulannya, tetap menjalani masa-masa sidang

                                                  membahas beberapa penyusunan RUU, antara lain RUU pembentukan
                                                  provinsi Aceh, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimatan
                                                  Timur, serta baru menyelesaikan sidang yang menelurkan secara
                                                  aklamasi pernyataan terima kasih kepada lima belas negara yang telah



                                                  22   Suluh Indonesia, 27 Oktober 1956, hlm.1
                                                  23   Suluh Indonesia, 16 November 1956, hlm. 1
                                                  24   Ricklefs, M.C., Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2008, Jakarta : Serambi, 2010, hlm. 528
                                                  25   Suluh Indonesia, 24 November 1956, hlm 2



                                     dpr.go.id   20
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31